19 Feb 2013

Cost-and-Benefit Relationship

22:54 8 Comments
sumber gambar disini

“Kenapa lo mau sih sama dia? dia kan brengsek!”

“lo bego ya? Udah dibohongin, masih aja mau sama dia!”

Kalimat diatas gue rasa cukup sering didengar oleh lo yang (mungkin) not-so-happy dengan pasangan lo atau yaaaa.. happy sih, cuma ya tetap aja pasangan lo punya seabrek sifat jelek.

Kemudian jawaban “ya namanya juga udah cinta.” Mungkin kerap lo suarakan sebagai balasan dari berbagai pertanyaan miring soal keputusan lo untuk tetap menjalin hubungan dengan orang yang sama.

Jawaban paling klise dan mungkin paling njiji’i. tapi yah, kemudian nggak perlu repot-repot menjelaskan lebih panjang. “Cinta”. Udah, cukup itu saja. Kemudian biasanya orang yang lo ajak bicara kalau nggak memilih mendecak, ngatain lo bego, atau menceramahi lo soal move on.

Tapi sebenarnya angka orang-orang ‘bego’ ini cukup fantastis lho, khususnya dari kaum hawa. Yah bilang aja udah dibohongin, diselingkuhin, bahkan dapat perlakuan kasar alias kekerasan – tapi kok ya masih mau sih sama orang itu?

18 Feb 2013

Kasus Pistorius-Steenkamp: Tragedi Valentine atau Pembunuhan Berencana?

00:08 11 Comments

sumber gambar disini

Kamis, 14 Februari 2013 Pukul 04.00 waktu setempat, mungkin menjadi saat-saat yang memilukan bagi sebagian besar masyarakat Afrika Selatan yang mengidolakan Oscar Pistorius dan Reeva Steenkamp.

Betapa tidak? Pada hari kasih sayang itu, Pistorius sang Pahlawan Nasional yang menjadi salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia versi Time 2012, menembak mati kekasihnya, seorang Top Model yang sangat membanggakan.

Oscar Pistorius yang juga dijuluki “Blade Runner” atau “Fastest Man on No Legs” lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara di keluarga yang ekonominya menengah. Kakinya terpaksa diamputasi bahkan sebelum ulangtahunnya yang pertama karena ia terlahir tanpa tulang betis (fibula). Kemalangannya berlanjut ketika ia berumur 6 tahun, dimana orangtuanya bercerai dan hingga saat ini, hubungan Pistorius dan ayahnya masih kerap diwarnai konflik. Kemudian, pada saat umurnya menginjak 15 tahun, ibunya meninggal akibat komplikasi obat-obatan terlarang (biography.com).

Hidup Pistorius yang keras mungkin memberinya banyak alasan untuk menjadi orang yang ‘bermasalah’. Namun Pistorius kemudian justru membuktikan bahwa ia mampu berprestasi. Pistorius menempuh masa-masa berat untuk merehabilitasi kakinya yang menggunakan kaki prostetik serat karbon.
Daisypath Anniversary tickers