22 Mar 2011

Dia yang Telah Mati

22:49 0 Comments


Sentuhannya tak lagi terasa di kulit telanjangku.

Hanya lewat seperti angin yang tak pernah bertiup, yang tak akan meninggalkan jejak. Mungkin karena memang tidak ada dan tak pernah terjadi.

Sembari menghitungi satu persatu nafas berat, aku menatapnya, dan ia memang balas menatap. Bola mata cokelat yang penuh berisi permohonan maaf. Bola mata yang penuh berisi kesedihan. Dan mungkin bola mataku sendiri terpantul disana. Namun kosong.

Padahal dialah yang mati dan meninggalkan aku.

Dan aku hidup, bernafas, memandangi peninggalannya yang ada dan tiada, berusaha menahan jerit yang menyesakkan hati.

11 Mar 2011

Malaikat Kecil, Sindrome Down, dan Angkot Pagi ini

06:07 0 Comments

Sebenarnya kejadiannya bukan hari ini sih. Lebih tepatnya kemarin pagi.

Intermezzo, saya merupakan pengguna setia kendaraan umum. Pecinta bumi? Berniat mengurangi polusi udara? Sayangnya bukan. Impian saya punya motor terbentur kendala sana-sini. Jadi ya itu, saya berusaha nyeneng-nyenengin diri dengan mengambil segala sisi positif yang bisa saya dapatkan di kendaraan umum—hal yang tidak akan saya dapatkan kalau saya punya motor sendiri.

Yah, sebodo dengan tukang angkot yang mantan pembalap F1, yang suka nyetir ngebut atau tancap gas dan ugal-ugalan. Sebodo dengan nge-tem yang bikin saya kayak baru mandi spa. Sebodo dengan bapak-bapak yang ngangkang lebar walau tau penumpang banyak. Sebodo dengan cowo genit yang ngira saya televisi. Sebodo dengan bau ketek. Sebodo dengan cewek yang teriak-teriak sama handphonenya seakan satu angkot penderita tunarungu.

Selalu ada yang seru. Yang bisa saya tertawakan. Yang bisa saya keselin.
Daisypath Anniversary tickers