“Kau tahu kan, apa yang akan dilakukan cowok sejenis Joe? Dia itu tipe cowok yang akan tetap meniduri mantan-mantannya dan mencampakkan perempuan setelah berhasil menidurinya!”
Bisa dibilang saat ini Lea terlihat seperti banshee dengan bola mata berupa api. Mengherankan betapa ia dan Lea bisa begitu berbeda sekalipun mereka saudara kembar. Lea selalu saja marah dan berapi-api, sedangkan Lena nyaris tidak pernah kehilangan kontrol emosi—sekalipun orang lebih banyak mengatakan Lena jauh lebih menyeramkan. Ia punya kharisma menakutkan tersendiri ketika sebal.
“Dan seharusnya kamu juga tahu apa yang akan dilakukan cewek sejenisku, Lea.” Jawab Lena sembari membereskan tumpukan mainmap hafalan istilah biomolekuler-nya. “Masa kamu kira aku jenis cewek yang biasa ia permainkan?”
Lea membuka mulut untuk mengoceh lagi, namun menutupnya saat ia memutuskan untuk berpikir terlebih dahulu. “Yeah, bener juga sih. Kamu bisa jadi lawan terkuatnya dalam satu dekade terakhir, Len.” Kerutan dahi Lea terlihat jelas.
“Nah. Sudah terjawab, kan? Ada masalah lagi?” Lena tersenyum geli.
“Tapi.. Tapi ya ituu! Aku tidak habis pikir kenapa kamu mau berkencan dengannya!”
Lena tertawa. “Tahu nggak, Lea? Aku sudah bosan menghadapi cowok-cowok biasa yang terlalu mudah ditaklukan. Joe bisa dibilang adalah lawan berat. Bersamanya, aku mungkin bisa memiliki waktu seru yang menyenangkan.”