“What we do for ourselves dies with us, but
what we do for others and the world remains and is immortal.” Albert Pine
Dalam episode 14 Riding The Lightning, Criminal
Minds Season 1, gue mengenal tokoh Sarah Jean.
Entah siapa yang memerankan tokoh Sarah Jean
di episode ini, karena film yang gue tonton terpotong. Tapi harus diakui,
aktris ini mampu memerankan seorang ‘Sarah Jean’ dengan luar biasa.
Episode ini sendiri menceritakan tim BAU yang
mendapat permintaan untuk menginterogasi pasangan Jacob dan Sarah Jean, yang
divonis mati karena telah membunuh 12 gadis dan anak mereka, Riley. Interograsi
ini dirancang untuk mengetahui apakah ada korban lain yang belum diketahui
pihak berwenang.
Dalam interogasi oleh Gideon (leader BAU) dkk,
kemudian diketahui bahwa Sarah Jean tidak bersalah walau dia mengaku telah
membunuh Riley. Tim BAU kemudian menemukan bahwa Sarah Jean tumbuh di keluarga
yang dipenuhi kekerasan fisik. Ayahnya, yang seorang anggota militer, kerap
memukuli ibunya, dan mereka tidak mampu pergi dari rumah itu karena tidak
memiliki tempat lain untuk dituju.
Kekerasan fisik yang disaksikan Sarah Jean
jelas membuatnya rentan secara psikologis. Itulah sebabnya ketika ia bertemu
dengan Jacob yang seorang psikopat seksual, Sarah Jean dengan mudah
dimanipulasi dan dikontrol. Mereka menikah, memiliki Riley, dan selama itulah
Sarah Jean kerap menyaksikan Jacob membawa gadis yang berbeda-beda.
Sarah Jean mengabaikan ini. Well, mungkin ia
hanya mengira Jacob menyelingkuhinya. Ia memilih mengabaikan ‘perselingkuhan’
Jacob demi anak mereka.
Dan ketika ia tahu bahwa ternyata Jacob lebih daripada
berselingkuh dengan gadis-gadis ini dan justru membunuhi mereka, Sarah Jean
ketakutan. Ia memutuskan untuk melaporkan Jacob, membawa kabur Riley untuk
diadopsi secara diam-diam, lalu mengaku bahwa dia sudah membunuh anaknya itu.
Semua itu dilakukan agar Riley tidak
terlibat. Agar Riley bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Sarah Jean
menjalani hukumannya dalam damai karena diam-diam mampu mengetahui Riley kini
tumbuh menjadi pemuda yang berprestasi, hidup menjadi anak di dalam keluarga
kaya raya. Dan yang terpenting—tidak pernah mengetahui seburuk apa orangtuanya.
Namun Gideon tahu ini semua. Ia berusaha
mencari dan menemukan Riley agar Sarah Jean tidak dieksekusi mati. Jika Riley
terbukti hidup dan selamat, maka tuntutan pembunuhan atas Sarah Jean dapat
dibatalkan. Gideon tidak ingin Sarah Jean mengorbankan hidupnya. Gideon mencoba
meyakinkan Sarah Jean, namun jelas bahwa perempuan ini telah menetapkan
keputusan untuk mengorbankan hidupnya demi kebahagiaan Riley.
“What wouldn’t
you do for your son to give him a life you could never hope to dream of? I’m at
peace in the knowledge that my son is free to be whatever he chooses to be.” SJ
“If he knew who you were, do you think he’d
choose to allow you to walk in there?” Gideon
“If he know who his parents were, can you
imagine the damage my legacy would leave him?” SJ
“Can you imagine what he would feel? Knowing his
mother spent 15 years on death row, innocent of all charges, just so he can be
free of her?” Gideon
“Not me. Jacob.” SJ
Pada akhirnya Gideon menyerah. Ia mengabulkan
permohonan Sarah Jean untuk ‘merelakan’nya dieksekusi, dan tidak memberi tahu
Riley siapa dia sebenarnya dan siapa orangtua kandungnya. Sarah Jean
dieksekusi, dengan wajah tersenyum karena tahu Riley kini ‘selamat’.
Film pendek ini jelas membuat gue terkesima,
pesannya jauh lebih dalam daripada serial criminal minds lain yang gue tonton.
Apa itu keadilan? Apa itu kebenaran? Apa itu
baik dan buruk?
Bagaimana manusia dapat mengatakan bahwa
keputusannya-lah yang paling benar?
Bagaimana manusia dapat mengatakan bahwa
tindakannya-lah yang paling adil?
Sarah Jean memutuskan untuk membiarkan Riley
bahagia dalam ketidaktahuan. Ia memberikan hidupnya demi menjamin kehidupan
yang lebih layak bagi Riley. Ia menerima label bersalah demi melepas label ‘anak
psikopat’ dari jidat Riley.
Mungkin film ini berakhir seakan bahagia.
Tapi lalu bagaimana jika suatu saat Riley
ingin mencari orangtuanya, dan lalu menemukan ibunya—Sarah Jean, sudah
dieksekusi mati? Ia tidak akan mampu bertanya langsung, karena ibunya sudah tiada. Ia
tidak bisa disembuhkan oleh pemahaman mengapa ibunya melakukan ini semua karena ini semua sudah terlambat. D
an yang
terberat adalah, ia ‘hidup’ diatas ‘kematian’ ibunya. Masihkah ia bisa
bersenang-senang sembari mengingat itu semua?
Akankah sakit itu kemudian akan ‘berkurang’
dari apabila Gideon saat itu bersikeras membawa Riley ke persidangan. Riley
mengetahui ibunya, siapa dia sebenarnya, dan yang paling penting - tahu bahwa
ia menyelamatkan ibunya?
Setidaknya, ia kemudian bisa mengetahui bahwa
seburuk apapun ayah biologisnya, ibunya adalah seorang ‘pahlawan’.
Tapi entahlah.
Tidak ada yang benar-benar ‘baik’ dan
benar-benar ‘buruk’ bukan? Masih ada kemungkinan bahwa Riley tidak tahu seumur
hidup dan berbahagia sepanjang sisa umurnya.
Apakah kejahatan untuk tidak memberitahu
seseorang hal-hal yang dapat menyakitinya?
Apakah lebih baik untuk membiarkan seseorang ‘tidak
tahu apa-apa’ asal dia berbahagia?
Apakah lebih baik memberitahu ‘semuanya’
walau itu membiarkannya menderita?
Gue nggak tahu.
Itu sebabnya gue jadi bertanya-tanya.
Apa gue harus memberitahu teman gue bahwa
pacarnya pernah menyelingkuhinya? Padahal dia cewek yang secara mental lemah,
dan lagipula pacarnya ini segera bertobat karena sadar sudah berbuat salah - dan kini mereka kembali berbahagia?
Apa gue harus memberitahu adek tahu adek itu ‘semuanya’
yang gue tahu? Apakah itu akan benar-benar menjadi sesuatu yang bijak? Apakah gue bisa bertanggungjawab jika dia kemudian hancur secara psikologis?
Apa gue harus memberitahu 'dia' siapa saja yang
ingin menghancurkannya, dan akan seperti apa masa depan yang harus ia tanggung
karena kesalahannya?
Apa gue harus diam? Dan apakah itu akan
menjadi sesuatu yang kejam jika gue memutuskan untuk ‘mengabaikan’?
Entahlah.
Atau mungkin seperti kata Sarah Jean, apapun
yang kita lakukan atau tidak kita lakukan, “We are all guilty of something.”
nice cerita gan
BalasHapusmantap gan artikelnya . . .
BalasHapusngomong soal kebenaran, jadi inget kata2nya kahlil gibran:
BalasHapuskebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran yang tidak memerlukan bukyti, he...
oya lagi bikin prosa nih, follow nd komen balik yaaa...
nice post. quotenya bikin pgn merenung.
BalasHapus