sumber gambar disini |
Seperti film-film Eropa yang memiliki kesan
dalam dengan jalan cerita yang tidak mudah ditebak, Biutiful (2010) yang
disutradarai Alejandro Inarritu sangat recommended
untuk ditonton.
Biutiful dikemas dalam penuturan yang apik,
cerita yang mudah dicerna namun dengan detail-detail pergolakan sosial yang
rinci, serta dipenuhi twist di
sepanjang cerita hingga jalan ceritanya sendiri menjadi tidak dapat ditebak,
dengan Barcelona sebagai setting tempat dalam ceritanya.
Film ini sendiri berusaha menggambarkan
polemik seorang pria yang juga ayah dari dua anak, Uxbal (Javier Bardem) yang
berjuang menghadapi kematiannya akibat kanker prostat yang ia derita. Uxbal yang
memiliki kekuatan paranormal untuk berhubungan dengan orang yang sudah
meninggal, tetap saja kesulitan menerima kenyataan bahwa ia akan segera
meninggal.
“I’m afraid to leave the children on their
own, I can’t.” Uxbal
“You think you take care of the children? Don’t
be naïve, Uxbal, the Universe takes care of them.” Bea
“Yes, but the universe doesn’t pay the rent.”
Uxbal
Kedua anaknya yang masih berusia 11 dan 7
tahun, Ana (Hanaa Bouchaib) dan Mateo (Guillermo Estrella), masih terlalu kecil
untuk bisa ia tinggalkan. Sementara satu-satunya orang yang dapat menjaga
mereka yaitu istrinya, Marambra (Maricel Alvarez), selain mengidap bipolar disorder, juga bukan sosok ibu
yang baik bagi anak-anaknya.
“Look in my eyes. Look at my face. Remember
me, please. Don’t forget me, Ana. Don’t forget me, my love, please.” Uxbal
Selain permasalahan pribadi Uxbal yang seakan
‘membebani’nya untuk pergi dengan tenang, Uxbal juga harus berusaha membereskan
permasalahan dalam bisnis pekerja imigran illegal yang ia geluti. Awalnya gue
kira Uxbal termasuk bad person karena
terlibat dalam bisnis trafficking dan
eksploitasi manusia. Namun ternyata tujuan utama Uxbal bukanlah uang, dalam
banyak scene, terlihat bagaimana usaha Uxbal ‘memanusiakan’ dan menolong para
pekerja ini. Ia-lah yang mencarikan mereka pekerjaan, hingga mengurangi
komisi-nya untuk membeli perangkat pemanas bagi imigran illegal China yang
tidur di basement.
sumber gambar disini |
Biutiful terus mengagetkan gue dengan alur
cerita yang terus berubah seperti kucing dalam pangkuan. Saat lo mengira
alurnya sudah menjinak dan mengira akhirnya nih, kisah ini akan berakhir indah,
tiba-tiba saja ceritanya menggeram dan mencakar.
Analogi ini gue rasa tepat untuk
menggambarkan alur cerita Biutiful. Dengan sebegitu banyaknya problema hidup
Uxbal, di sepanjang film kita akan menyaksikan perjuangannya untuk ‘membereskan’
bebannya hingga ia bisa meninggal dengan tenang tanpa harus jadi arwah
penasaran seperti yang biasa ia urusi.
Dan disaat gue kira “oh oke, endingnya
ternyata bahagia,” tiba-tiba saja alur cerita berubah, seakan-akan Uxbal memang
tidak diizinkan untuk ‘mati dengan tenang’.
Film ini agak mengagetkan gue dengan ‘menyisipkan’
ironi hidup yang manis dan getir lewat sosok Ige, perempuan asal Senegal yang
awalnya tampil bagai malaikat. Ige merupakan pacar Ekweme, salah satu pekerja illegal
asal Senegal yang dideportasi kembali ke negaranya karena ketahuan menjual
narkoba. Sepeninggalan Ekmewe, Ige harus berjuang hidup sendirian dan menjaga
bayi mereka di Barcelona.
Uxbal bersikap sangat baik pada Ige,
membiarkan Ige dan bayi-nya tinggal di rumahnya, hingga mempercayakan anak-anak
dan seluruh tabungannya pada Ige. Bukannya tanpa alasan, karena Ige merawat
Uxbal yang sakit dengan sangat baik, merawat dan menjaga anak-anak Uxbal dengan
penuh kasih sayang. Namun pada akhirnya Ige justru melarikan tabungan Uxbal dan
menggunakannya untuk pulang ke Senegal, menyusul Ekweme, dan meninggalkan Uxbal
yang sekarat serta tidak memiliki apa-apa. Damn.
“It’s dangerous to trust a man who is hungry,
and even more if his children are hungry.”
Toh pada akhirnya, sekeras apapun Uxbal
berjuang, ia tetap menemui ajal-nya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan
yang luar biasa rumit. Akhir yang dalam dan sedih, namun gue cukup terhibur
dengan transisi yang indah, penggambaran damai yang dialami Uxbal dalam dunia
kematiannya.
Menurut gue film ini hendak mengajarkan kita
mengenai naluri manusia saat menjelang kematiannya lewat karakter Uxbal, yang
terus berjuang dalam situasi yang sangat pelik, namun tetap harus berpasrah
pada takdir yang sudah tertulis. Inarritu sendiri juga menegaskan bahwa filmnya
ini bukan bercerita mengenai kematian, namun manusia dan pilihannya dalam
menghadapi permasalahan yang sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar