Ah,
kebahagiaannya tak terperi. Begitu juga dengan rasa gemas, kesal, ngeri, sedih,
dan penasaran yang kemudian mengikuti. Setelah begitu lama menunggu Season 4
ini keluar, rasa penasaran yang kemarin kembali dijawab dengan rasa penasaran
lainnya akan kelanjutan kisah yang diangkat serial novel dari A Song of Ice and
Fire ini.
Yang
paling saya tunggu tentu matinya Joffrey. Oooh I love that scene! Susah untuk
menahan sorakan gembira saat ia mati dengan penuh ironi di pangkuan ibunya, di
tengah-tengah acara pernikahannya sendiri. Dengan demikian karakter paling
dibenci di GOT mati sudah. Kayaknya G.R.R Martin memang pilihan wedding organizer terburuk yang pernah
ada. Ini kedua kalinya pernikahan dalam GOT yang berakhir sebagai tragedi
mengerikan. But who cares? That son of a bitch die, thanks Seven-Gods. Hanya saja
misteri siapa-yang-memasukkan-racun-ke-gelas-wine-Joffrey masih belum terlalu
jelas. Memang racunnya diambil dari kalung Sansa, dan banyak pihak yang
terlibat dalam upaya pembunuhan ini. Tapi orang yang benar-benar memasukkan
racun ini belum diketahui.
sumber disini |
Lalu
bagaimana dengan Margaery dan obsesinya menjadi Ratu? Oh, jangan khawatir. Karena
tepat setelah Joffrey mati, Margaery mulai ‘berkunjung’ secara teratur ke kamar
Tommen—raja selanjutnya—untuk berbagi ‘rahasia kecil’. Entah kenapa cewek-cewek
Tyrell ini banyak yang genit.
sumber disini |
Hal
paling menyebalkan yang saya dapatkan setelah menonton Season 4 ini tentunya
adalah kenyataan bahwa sang Khaleesi, Daenerys Targaryen ‘bobo cantik’ dengan
Daario Naharis. Sebenarnya di 9GAG sudah banyak spoiler tentang ini. hanya saja saya nggak percaya. Nggak
mau percaya, tepatnya. Ilusi tentang Khaleesi yang tetap setia pada Khal Drogo
setelah dia wafat terlalu indah untuk dirusak. Tapi ternyata G.R.R. Martin
berkata lain.
sumber disini |
Terlebih
Khaleesi-lah yang menyuruh Daario untuk bugil. What the fraaack? Daario memang
telah menggombali doi sejak pertama kali bertemu, tapi saya kira she will stay
faithful to Drogo. Such a pity. Di Season 4 ini Khaleesi memang stress terus
hingga mungkin butuh hiburan, tapi kenapa harus dari lelaki hina-dina semacam
Daario? Walau berhasil menaklukkan Meereen dengan strategi gemilang yang bisa
membuat Sun Tzu malu, keputusan Khaleesi untuk memerintah mulai menghadapi gempuran
masalah. Mulai dari masyarakat yang tidak semuanya siap dengan perubahan,
keputusan-keputusan politiknya yang kerap dianggap terlalu diktaktor (men-salib
orang sebagai penunjuk jalan itu agak TEGA juga loh), hingga naganya, Drogon,
yang mulai memiliki hobi buruk memanggangi anak-anak masyarakat desa di sekitar
Meereen. Akhirnya Khaleesi terpaksa mengurung naganya, dan adegan ini sangat
memilukan hati. Padahal yang buas dan keji hanya si Drogon, tapi yang kena
getahnya justru Rhaegal dan Viserion. Tapi walau bagaimanapun, Khaleesi tetap
karakter favorit (yeah, martin! I said FA-VO-RITE!) akuh.
sumber disini |
Bicara
tentang pengkhianatan atas cinta (yang dikira sejati itu), Tyrion Lannister
disisi lain harus menghadapi kenyataan yang mungkin nggak begitu ‘pahit-pahit
amat’ lagi mengingat bahwa dari lahir saja hidupnya sudah pahit. Di Season 4
ini dia menghadapi pilihan pahit untuk berpisah dengan Shae agar si pecun itu
nggak mati, dituduh membunuh Joffrey, disudutkan oleh Ayah dan kakaknya
sendiri, hingga tentunya dikhianati oleh Shae yang bukan hanya memberikan
kesaksian bohong tentang rencana Tyrion untuk membunuh Joffrey, tapi juga ‘bobo
cantik’ dengan Tywin. Agar bisa lolos dari hukuman mati, Tyrion akhirnya
memilih untuk Trial by Combat, dimana Prince Oberryn bersedia menjadi wakilnya
untuk bertarung melawan tukang jagal-nya Lannister, The Mountain. Setelah kematian
Oberryn yang mengerikan (kepalanya dipecahkan dengan tangan kosong! Adegan ini
benar-benar bikin lemas), Tyrion akhirnya dijatuhi hukuman mati. Tapi tampaknya
Tyrion memang karakter favorit G.R.R. Martin, karena akhirnya toh dia selamat
setelah mendapat bantuan dari Jaime dan Varys untuk melarikan diri. Un-tung-nya,
dalam perjalanannya untuk kabur dari penjara, Tyrion tidak lupa mampir ke kamar
Tywin, ayahnya, untuk membunuh Shae dan Tywin. Episode ini ditayangkan di
Amerika tepat saat Hari Ayah, hingga meme tentang Tyrion yang membunuh ayahnya
karena isu ‘ayah’ dibuat cukup banyak.
Kematian
Tywin ini cukup menarik juga, mengingat dengan matinya doi, kekuatan Lannister
seperti berkurang setengah. Menarik tentunya mengetahui siapa yang mewarisi ‘tahta’
Lannister setelah matinya Tywin. Kemungkinan besar sih Jaime—walau doi tidak
akan dengan senang hati menerimanya. Tapi yang gue sayangkan juga adalah dengan
matinya Tywin, berarti Cersei tidak perlu lagi menikah dengan Loras. Ah,
padahal suatu kebahagiaan tersendiri jika melihat cewek licik ini menderita.
sumber disini |
Bicara
tentang Jamie dan Cersei, adegan cinta keduanya makin intens di Season 4. Sebenarnya
sebagai pasangan mereka cukup cute juga, asal kita melupakan bahwa keduanya
kakak-beradik, kembar pula! Yep, bersiaplah dengan adegan twincest yang bertebaran. Saya juga baru sadar ternyata baik Jamie dan Cersei
masing-masing cemburuan berat satu sama lainnya. Dalam pernikahan Joffrey, Jamie
mengancam Loras yang telah bertunangan dengan Cersei, dan Cersei mengancam
Brienne karena menganggap Brienne main hati dengan Jamie. Bagi saya, akan jauh
lebih baik jika Brienne dan Jamie menikah saja. Mereka cute banget kok bersama,
apalagi adegan dimana Jamie menyerahkan pedang Valerian-nya ke Brienne. Jamie
juga terbukti tidak se-brengsek saudara kembarnya. Dan lagipula Brienne juga
masih dapat dihitung sebagai ‘Lady’, kan? Hanya saja ada potensi besar Cersei
akan meracuninya sakin cemburunya. Sayang kalau seseorang sebaik Brienne mati
gara-gara nenek sihir ini.
sumber disini |
Balik
ke anak-anak Stark yang tersisa, Bran dan rombongannya menemui banyak masalah
di The North sana. Diculik, nyaris diperkosa, nyaris dibunuh, nyaris kehilangan
dirinya karena terbuai oleh potensinya sebagai warg, nyaris menjadi
bulan-bulanan tengkorak hidup, dan yang paling menyebalkan diantara semuanya—Bran
hampir bersatu lagi dengan Jon Snow sebelum akhirnya memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan demi bertemu Gagak Bermata Tiga. Bran sampai juga
akhirnya disana, walau harus kehilangan Jojen yang dibunuh pasukan tengkorak. Sang
Gagak sepertinya berniat memberikan Bran kekuatan mistik yang hebat, agak-agak
menyinggung tentang ‘bisa-terbang’, walau sampai akhir Season, kekuatan ini
belum pasti apa.
Sementara
Sansa yang berhasil kabur dari King’s Landing saat semua orang panik akibat
Joffrey, dibawa Littlefinger ke tempat bibinya, Lysa. Yang cukup mengagetkan
disini adalah terkuaknya fakta bahwa Littlefinger-lah yang menyuruh Lysa
meracuni suaminya, Littlefinger menikahi Lysa (untuk hartanya, pastinya),
hingga Littlefinger membunuh Lysa dengan mendorongnya ke Moon Door. Tapi yang
paling mengagetkan bukan itu pemirsa, karena Littlefinger mencium dan
menyatakan cinta ke Sansa di Season ini. Yeah, gagal dapet emaknya, anaknya
juga disambar. Ini semacam Severus Snape yang merkosa Harry Potter andai si
Harry terlahir sebagai perempuan (dan tentunya akan mirip Lily).
sumber disini |
Dan
bagaimana dengan salah satu anak Stark yang menjadi favorit—Arya? Oh, dia
tambah keren aja, kalau nggak mau dibilang brutal sih. Di season ini Arya masih
bertualang bersama The Hound. Dan sepertinya teman seperjalannya ini membawa
dampak buruk karena Arya mulai bisa dan biasa membunuh orang-orang. Bahkan dalam
salah satu scene, dia menusuk leher orang dengan begitu mudah seakan kepalanya
itu hanya semacam keju busuk yang super lunak. Setelah The Hound mati akibat
bertarung dengan Brienne, Arya melanjutkan perjalannnya seorang diri, dan kali
ini, entah kemana ia akan berakhir.
Disisi
lain, Jon Snow, Aragorn-nya GOT, mulai menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang
keren di The Wall. Dari banyak sisi dia lebih keren dari Robb, sebenarnya.
paling nggak dia lebih memilih The Crow dibanding Ygritte (yang akhirnya mati
dalam pertarungan dalam pelukan Jon). Jauh berbeda dengan Robb yang ‘mengkhianati’
ibunya demi memilih perempuan yang ditaksirnya. Jon berhasil memimpin The Crow
mempertahankan The Wall, hingga akhirnya pasukan Stannis datang untuk melibas
wildings yang nyaris menggilas mereka. Jon akan jadi raja yang baik dan bijak,
saya rasa. Semoga G.R.R. Martin nggak membunuhnya sebelum itu. Dan baru kali
inilah gue menyukai Stannis, yang dalam Season ini kelihatan lebih waras
dibanding season-season sebelumnya—walau Melisandre masih bercokol disisinya.
After
all, Season 4 ini keren banget! Nggak sabar rasanya menunggu Season 5 yang entah
akan keluar kapan. Bukunya saja belum tamat sih, karena kelihatannya G.R.R.
Martin tengah bersenang-senang mengeksplorasi ceritanya. Saya sih nggak
keberatan, asal Khaleesi nggak mati aja nanti di tengah-tengah.
Rasa
kagum saya pada G.R.R. Martin semakin bertambah. Dia benar-benar jenius! Aneh juga
kalau mendengar dia disandingkan dengan Rowling, karena saya lebih setuju
dengan anggapan bahwa dia adalah versi Amerika-nya Tolkien. Martin benar-benar
membuat cerita yang luar biasa, ditambah karakter-karakter dalam ceritanya yang
begitu dalam hingga seakan-akan semuanya lompat dari buku sejarah terdekat. Bahkan
karakter minor dalam kisah ini saja berkesan. Belum lagi kalau menyinggung
tentang kemampuannya menghadirkan twist (Red Wedding, terutama). Semoga doi
nggak mati sebelum kisah ini berakhir, atau itu akan menjadi TRAGEDI terbesar
yang pernah ada. Sial.
Ah,
semoga Season berikutnya cepat-cepat keluar, begitu pula dengan buku
lanjutannya.
Good testimonial ;-))
BalasHapus