sumber disini |
Terkadang saat kita diuji, diberi
permasalahan, atau diberi rintangan cobaan, kita lebih memilih untuk berpikir “mengapa
ini terjadi pada saya?”
Padahal terkadang Allah menurunkan
suatu cobaan dan kesulitan dengan porsi yang sudah ditakarNya agar setelah
lulus nanti, kita jadi manusia yang lebih baik. Allah toh bukan Kementerian
Pendidikan yang bisa salah mengirimkan soal ujian anak SMA pada anak SD. Dia tak
akan pernah keliru dan salah, karenanya ujian itupun pasti dirancang sedemikian
rupa bagi kita.
Akhir-akhir ini saat diuji atau menemui
masalah, saya banyak sekali berpikir. Semakin banyak masalah, semakin kencang
ibadah. Sungguh benar, ibadah itu bukan untuk Tuhan, tapi manusia yang
membutuhkannya. Setiap kali merasa hancur, lelah, atau putus asa, cukup dengan
mengangkat tangan dan plung, saya lega. Padahal uneg-uneg belum keluar, tapi
kehadiran Allah itu begitu terasa.
Saya sadar selama ini saya terlalu
banyak dipuji. Banyak yang datang untuk meminta bantuan, banyak yang memuji ini-itu
dari diri saya. Saya jadi kelewat
percaya diri dan malah sombong. Keinginan saya untuk memacu diri menjadi lebih
baik terhenti, karena saya merasa yakin.
Dan sekalinya direndahkan dan
diremehkan, saya hancur.
Tiga hari tidur saya dihantui mimpi
buruk. Setiap kali terdengar dering sms, saya ketakutan. Begitu hebatnya
kata-kata yang saya pikir tak akan mempengaruhi saya. Sedih sekali, sampai
beberapa malam itu saya menangis.
Saya sadar saya terlalu lama diyakinkan
oleh orang-orang bahwa saya pekerja yang baik. Selama ini nyaris setiap bekerja
mereka merekomendasikan saya dengan baik. Kerja kelompok atau proyek-proyek,
walau kerjaan itu tak lepas dari kritik membangun, tapi mereka tahu bahwa saya
bekerja dengan sepenuh hati. Saya terbiasa mendengar kata “suci semangat banget
sih” “suci bagus ya kerjaannya” “kayak suci ini loh” “kamu nanti kesini lagi
ya, kerja disini lagi” “lo pol-polan banget deh”. Bahkan terkadang kritik yang
disampaikan teman-teman justru “jangan terlalu ambisius, selesaikan semampunya,
bukan sebagusnya karena kerjaan nggak akan bagus-bagus juga kalau menurut kamu”.
Tapi dalam satu titik, Allah menegur
saya karena perkembangan itu terhenti.
Allah memberi begitu banyak soal yang
harus saya selesaikan. Saya kebingungan.
Tidak tahu harus menjawab bagaimana atau yang mana. Saya tertatih-tatih
berusaha menyelesaikannya. Tapi sisi manusia itu menang.
Saya takut. Dan untuk pertama kalinya
saya tidak mencintai apa yang saya tengah kerjakan. Jika biasanya saya
bersemangat untuk mewujudkan sebaik-baiknya, kini saya bertanya-tanya akankah
hasilnya nanti memenuhi? Apakah saya bisa? Atau saya hanya merasa saya bisa? Apakah
ini cukup baik? Bagaimana kalau tidak? Apakah
saya akan merasa sakit lagi? akibatnya jelas: justru yang saya usahakan itu
jadi tak maksimal.
Saya takut. Untuk pertama kalinya saya
takut mengerjakan sesuatu.
Padahal sebelumnya moto saya adalah ‘kerjain
dulu semaksimal mungkin’. Pantang bilang ‘nggak bisa’. Harus bisa. Harus diusahakan.
Tapi untuk pertama kalinya dalam hidup
saya nggak yakin saya bisa.
Dan saya terjebak dalam kebingungan dan
ketakutan. Pena itu berhenti. Saya hanya menatap soal ujian. Saya merasa saya
tahu jawabannya, tapi saya ragu menuliskannya karena pernah diremehkan
sebelumnya. Bagaimana jika jawaban itupun ‘salah’ pula? Bagaimana jika saya
direndahkan dan dijelek-jelekan lagi di depan orang lain? Saya kehilangan
kepercayaan diri itu. untuk pertama kalinya, saya tidak yakin mampu melakukan
sesuatu.
Inipun, adalah cobaan. Setelah berhari-hari
kadang bengong, menangis, dan mengutuki, saya sadar sendiri. Saya manusia. Tidak
mungkin sempurna, karena hanya Dia yang sempurna. Dan berhadapan dengan manusia
yang begitu banyaknya. Terkadang saat saya nyaman dan diberikan peluang untuk
bekerja sebaik-baiknya, saya akan bersemangat mengerjakan soal sesulit apapun
juga.
Namun ada juga kenyataan dimana saya
tidak kerasan dan dihadapkan dengan tantangan yang lebih variatif. Harusnya saya
menang. Bukan ketakutan dan terpekur sambil berurai air mata. Saat ini saya
kalah. Harus saya akui. Masa gempuran kata-kata negatif bisa meruntuhkan
motivasi saya dan mempengaruhi kerjaan saya? Kaget sih, tapi harusnya ya ga
begitu amat. Mengecewakan sekali kalau saya sampai kalah sama diri sendiri.
Tapi itupun pelajaran yang berharga. Awalnya
saya tidak menyangka bahwa saya-pun bisa bekerja jelek dan tidak maksimal
karena selama ini saya punya modal ‘berusaha’. Saya yakin saat saya berusaha
sekuat tenaga dan sepenuh hati hasilnya pasti baik.
Tapi ternyata banyak faktor X, yang
mana saya harus mampu jua mengatasinya. Kata-kata negatif selalu bisa
diluncurkan oleh orang lain, tapi saya sendiri yang harus membangun mentalitas tertawa:
kalau diragukan sejak awal ya buktikan, jangan malah takut dan khawatir sampai gagal
fokus sama kerjaan. Kalau dipandang jelek ya tidak usah sedih, jelek kan
relatif. Kalau direndahkan ya terima saja, tanamkan keyakinan bahwa bisa jadi
saat ini saya di bawah. Tapi suatu hari toge inipun bisa jadi pinus atau
ekasia.
Jika saya percaya saya jelek karena ada
satu masukan yang jelek, tentunya nggak adil sekali bagi begitu banyak masukan
yang baik itu. maka saya harus percaya saya manusia, yang punya sisi jelek dan
baik. Walau tentu sisi jelek inipun harus diperbaiki lagi dan lagi. Karena
dengan perbaikan maka sesuatu akan menjadi semakin baik. Bukan begitu?
Kini saya hanya bisa bersyukur. Sembari
berbenah diri. Saat ini saya masih mengumpulkan ceceran ‘kepercayaan diri’ yang
tadinya bertaburan entah kemana. Masih berusaha memperbaiki booster semangat
yang kemarin rusak dan mecet. Keduanya memang sempat kacau karena dihantam
pertama kalinya oleh bola besi super panas. Tapi kini keduanya memperbaiki
diri, agar lebih kuat lagi.
Kini, saya mencoba membalik ujian lain
dari Allah. Ujian yang tak kalah sulit. Walau masih dihantui ketakutan, saya
masih berusaha mencoba sebaik-baiknya. Biarlah. Toh gagal bisa remedial. Karena
dalam hidup, selama kita masih mencoba, maka peluang tetap akan terbuka. Semoga.
Suci, kamu masih muda tapi bisa punya wisdom begitu banyak, saya salut banget... Lagi menikmati tulisan2 kamu nih :) I wish I had been as wise when I was as. young as you & my life would've been different :) Doa terbaik untuk ibumu yah ~KittyCath
BalasHapusSuci, kamu masih muda tapi bisa punya wisdom begitu banyak, saya salut banget... Lagi menikmati tulisan2 kamu nih :) I wish I had been as wise when I was as. young as you & my life would've been different :) Doa terbaik untuk ibumu yah ~KittyCath
BalasHapus