sumber disini |
Jingga, mungkin nanti
setelah senja menyapa, kamu akan mengingat semuanya.
Kuharap batasnya adalah
lupa. Bukan ketidaktahuan yang dipicu dan diolesi dengan ketidakperdulian.
Karena andai ini tentang
sang lupa, maka aku masih mampu berjumawa bahwa semuanya akan kembali seperti
sedia kala. Namun jika memang kita bicara tentang ringkihnya keperdulian, harus
kuakui dengan berat hati bahwa diantara berbagai hal yang bisa kau tawarkan,
kau justru memilih cobaan.
Dan Jingga, berdoalah agar
harapanku seperti waktu.
Agar ia bisa terus melaju tanpa
ampun. Tanpa batasan, persis layaknya doa-doa
senyap yang ingin kubiarkan tumbuh tinggi, lebar, dan tebal.
Tapi ternyata harapanku
adalah elang yang tak sanggup terbang, Jingga.
Ia punya segala yang
dibutuhkan untuk menjelajahi sang Tak Terbatas. Namun disinilah ia, duduk diam
terpekur menatap. Meringkuk ditengah kerentanan, melindungi diri agar tak
menjadi punuk.
Lukaku, adalah karena
diantara begitu banyak pilihan untuk mencoba, aku justru memilih untuk
menunggu. Lukaku, karena aku pikir bahwa sayapku mampu membangkitkan asa yang
terpekur, namun ia justru tidur. Lukaku, adalah saat melihatmu berbalik, lalu
menghilang di tengah pekik.
Andai harapanku adalah
waktu, maka kuharap ia bisa muncul sebelum semuanya jadi semu.
Andai harapanku adalah
waktu, maka kuharap ia bisa mengantarku padamu.
Sebelum senja berlalu, kuharap aku tahu apa sebenarnya dirimu. Kuharap lukaku dan perihmu telah berlalu. Kuharap keberanian menganugerahiku kekuatan untuk mencoba mempercayai sekali lagi.
Sebelum senja berlalu, sebelum aku dan kamu jadi entitas yang tak lagi satu...
Sebelum senja berlalu, sebelum aku dan kamu jadi entitas yang tak lagi satu...
kereenn .. !!
BalasHapusdari dulu pengen banget bikin tulisan yang kayak gini, tapi sayangnya sampai sekarang gak pernah bisa :'(
perbendahraan katanya masih kurang ...
Luka selalu menawarkan banyak cara untuk sembuh,,,,, Hehehee
BalasHapusTulisannya keren... LIKE!
Ga ngerti mksdnya bii :(
BalasHapus