12 Jan 2018

Carpal Tunnel Syndrome pada Ibu Hamil dan Menyusui

sumber gambar: disini

Hai para buibu maupun bebeb-bebeb calon-ibu. Mungkin kamu nyasar di artikel ini karena tangan kamu terasa nyeri, kesemutan, kaku saat hamil maupun setelah melahirkan dan kamu pingin tahu kenapa. Mungkin juga kamu sekedar penasaran dengan carpal tunnel syndrome pada ibu hamil dan melahirkan, tapapa. 

Dalam artikel ini, saya ingin sedikit bercerita mengenai pengalaman saya dengan CTS saat hamil dan pasca melahirkan, sekaligus menyajikan informasi penjelasan ala kadarnya, plus pelatihan dan penanganan yang saya kumpulkan dari berbagai jurnal dan dokumen kesehatan. Semoga berguna yaa.


IYES, SAYA KENA CARPAL TUNNEL SYNDROME


Saat menginjak usia kehamilan 9 bulan, saya menyadari bahwa tangan saya kian melemah dan saya jadi kerap menjatuhkan barang. Namun saat itu saya hanya menganggap bahwa kondisi tersebut hanya bagian dari ‘dummy-brain pregnancy’ dan menertawakannya bareng suami. Polos (baca: bodo) banget kan kami? Hahaha.

Namun dua minggu setelah melahirkan, kondisi tersebut semakin parah. Awalnya hanya tangan kiri saya yang terasa nyeri, ngilu dan kaku. Namun lagi-lagi, saya mengira (sotoy emang dah) bahwa kondisi tersebut diakibatkan oleh pecahnya banyak pembuluh darah saya di tangan pasca gagalnya prosedur infus saat melahirkan kemarin. Kebetulan, tangan kiri saya kala itu memang membengkak dan biru. Jadilah, saya anggap angin lalu. Saya pikir, ah, bakal hilang ini.

Ternyata saya salah. Saya baru sadar bahwa kondisi tersebut lebih serius dari yang saya kira saat tangan kanan saya juga mulai mengalami hal serupa. Kini, kedua tangan saya bukan hanya nyeri, ngilu dan kaku, namun ada beberapa waktu bahkan tangan saya tak bisa digerakkan sama sekali. Jangankan menggenggam, jari saya bahkan hanya bisa digerakkan 90 derajat. Hiks.

Aktivitas sehari-hari mulai terasa sangat sulit. Saya bahkan tak bisa menggosok gigi, membuka botol, merobek bungkus vitamin, menjatuhkan HP hingga rusak, hingga yang paling menyedihkan bagi saya, saya mulai kesulitan mengurus si dedek. Saya bahkan harus membangunkan suami untuk membuka ikatan bedongnya, harus menahan nyeri saat membimbing payudara untuk ia hisap, harus didampingi saat memandikannya (soalnya pernah hampir kelepas), bahkan untuk menggendongnya saja saya kesulitan. Hiks.

Mungkin, jika batas ambang nyeri saya tidak tinggi (wong pembukaan 5-6 aja masih bisa ngobrol, ketawa-ketawa, makan, selfie, tidur + waktu melahirkan masih bisa ngelawak sama dokternya), kondisi ini tidak akan sedemikian parah. Mungkin, saya akan pergi ke dokter saat kondisinya masih ‘ngilu dan nyeri’ yang biasa, bukannya hingga tak bisa digerakkan. Tapi ya itulah kekurangan saya.

Akhirnya saya baru memeriksakan kondisi ini saat saya kontrol rutin pasca melahirkan di dokter kandungan. Darah saya dicek, lalu hasil segala-gala seperti diabetes, asam urat, dsb dsb dinyatakan baik. Akhirnya dokter melakukan pemeriksaan di tangan dan hasilnya adalaaaah, saya didiagnosa kena CTS atau carpal tunnel syndrome a.k.a sindroma terowongan karpal.

Bayangkan saja, baru senang-senangnya punya bayi, gitu. Apalagi saya tipe emak-emak yang ‘saya akan ngurus anak saya sendirian’ tanpa bantuan nanny ataupun ART, lalu kena syndrome begini? Disuruh istirahatkan tangan? Aaah, terpotek-potek deh hati aing. Alhasil suami jadi kebagian banyak sekali pekerjaan rumah tangga. Meski jadi cinta banget sama doi, tapi saya tak tega melihat dia sibuk banget dan makin tak sabar untuk sembuh.

Saya pun mulai menghimpun informasi baik dari keterangan dokter, website kedokteran hingga membaca jurnal-jurnal kesehatan. Berbagai informasi ini saya terapkan, dan alhamdulillah nya kini tangan saya mulai terasa membaik. Semoga informasi ini juga bisa berguna buatmu, yah!

APA ITU CARPAL TUNNEL SYNDROME?


Carpal tunnel syndrome atau CTS (sindrom terowongan/lorong karpal) adalah kondisi dimana syaraf carpal tunnel di bagian pergelangan tangan terjepit dan membengkak. Padahal, syaraf inilah yang mengontrol otot yang menggerakkan jempol, sekaligus bertanggung jawab untuk membawa informasi terkait indera perasa di daerah ini ke otak (Arthritis Research UK, 2012).

Sumber Gambar: (American Society for Surgery of the Hand, 2015, p. 5)


Gejala umum CTS adalah rasa nyeri, mati rasa, kesemutan, genggaman melemah, kaku, hingga kecenderungan untuk menjatuhkan barang. Sensasi kaku dan kesemutan ini biasanya paling sering dialami pada bagian jempol, jari tengah, telunjuk, dan jari manis. Kondisi ini juga biasanya memburuk saat malam hari, namun juga akan kamu sadari saat melakukan aktivitas sehari-hari lainnya. Dalam beberapa kasus CTS, kekuatan tangan dan indera perasa bahkan dapat hilang secara permanen (American Society for Surgery of the Hand, 2015).

Sumber Gambar: (American Society for Surgery of the Hand, 2015, p. 5)


Gejala yang muncul bisa terjadi pada salah satu atau kedua tangan sekaligus, tapi pada kebanyakan kasus, CTS akhirnya memengaruhi kedua tangan. Berikut ini beberapa gejala lainnya yang mungkin muncul akibat CTS (Alodokter.com, n.d.):

1.      Muncul rasa sakit pada lengan.
2.      Menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
3.      Pembengkakan, kulit kering, atau perubahan warna pada kulit tangan.
4.  Kemampuan tangan atau jari yang terpengaruh CTS akan berkurang, misalnya mengetik, mengancingkan baju, atau mengangkat sesuatu dengan jari.

APA PENYEBAB CARPAL TUNNEL SYNDROME?


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumya, CTS pada dasarnya disebabkan karena adanya syaraf median yang tertekan atau terjepit. Namun, pada kebanyakan kasus CTS, penyebab tertekannya saraf median ini masih belum diketahui. Tapi ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita CTS. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena carpal tunnel syndrome (Alodokter.com, n.d.):

1.      Faktor keturunan keluarga yang menderita CTS. Menurut penelitian, CTS bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika ada anggota keluarga Kamu yang menderita CTS, risiko Kamu mengalaminya akan meningkat. Namun, hingga kini tidak diketahui bagaimana dan kenapa bisa terpengaruh oleh faktor keturunan.

2.      Cedera pada pergelangan tangan. Cedera pada tangan bisa menjadi penyebab munculnya CTS, misalnya terkilir dan tulang retak bisa menyebabkan pembengkakan dan akhirnya memberi tekanan pada saraf median. Cedera yang terjadi juga bisa mengubah bentuk tulang dan ligamen pada tangan. Perubahan ini menyebabkan saraf median terhimpit.

3.      Kehamilan. Hampir setengah dari wanita hamil mengalami CTS pada masa kehamilan, tapi tidak diketahui kenapa hal ini bisa terjadi. Namun, gejala ini biasanya menghilang sesaat setelah bayi lahir. Kebanyakan kasus CTS pada kehamilan pulih dengan sendirinya setelah bayi dilahirkan. Wanita yang memasuki masa menopause juga cenderung mengalami CTS.

4.      Pekerjaan berat dan berulang-ulang dengan memakai tangan, seperti mengetik, menulis, atau menjahit. Kegiatan yang melibatkan genggaman kuat, gerakan pergelangan tangan berulang, dan getaran yang kuat bisa memicu munculnya CTS. Aktivitas yang dimaksud seperti bermain musik, pekerjaan bagian pengemasan, dan pemakaian gergaji mesin yang melibatkan banyak gerakan memakai tangan. Sampai saat ini masih dilakukan penelitian yang lebih mendalam apakah carpal tunnel syndrome terkait secara langsung dengan pekerjaan yang melibatkan banyak gerakan tangan.

5.      Kondisi medis lain. Risiko terkena CTS akan meningkat akibat beberapa kondisi medis, seperti diabetes, hipotiroidisme, obesitas, dan jika mengonsumsi obat untuk kanker seperti exemestane.

Dalam kasus saya, kondisi CTS ini meningkat sepertinya karena saya terlalu idealis untuk mengurus anak + rumah tangga sendirian tanpa bantuan nanny maupun ART. Karena trauma masa kecil dulu pernah disiksa nanny di rumah, saya bertekad ingin mengurus semuanya sendirian, meski baru saja melahirkan secara normal. 

Belum lagi saya gatelll kalau ngeliat popok kain anak masih ada noda kuningnya, hingga semuanya saya cuci sendiri dengan tangan dan dikucek hingga putih kembali. Setelah kondisi CTS saya kian parah, saya menyadari bahwa aktivitas mengucek inilah yang menimbulkan rasa sakit yang paling parah dan saya harus berdamai dengan kondisi dan memakaikan si dedek diapers. Hiks.

PENGOBATAN CTS PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI


Berdasarkan penelitian, 70% penderita CTS adalah perempuan, terutama perempuan yang telah berusia lanjut (Hashempur, Naseri, & Ashraf, 2015). CTS juga umumnya dialami oleh 30-50% perempuan hamil maupun pasca-melahirkan (The Royal Women's Hospital, 2012).

Meskipun dalam banyak kasus kondisi ini akan mereda setelah proses melahirkan berlangsung, namun pada beberapa kasus, CTS juga dapat berlanjut bahkan hingga 3 tahun setelah proses melahirkan. Pada ibu menyusui, CTS dapat semakin parah dikarenakan adanya perubahan hormon, tuntutan aktivitas ibu dalam mengurus anaknya, hingga reflex tangan ibu dalam proses menyusui (Hashempur, Naseri, & Ashraf, 2015). CTS juga dapat disebabkan menurunnya aktivitas kelenjar tiroid saat hamil dan menyusui (Alexander, 2017).

Untuk menanggulangi CTS pada ibu hamil dan menyusui, opsi terapi yang konservatif seperti latihan tertentu dan pemijatan lebih disarankan dibandingkan dengan operasi. Operasi hanya akan dilaksanakan apabila penderita CTS tak mempan diobati dengan penanganan konservatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hashempur, Naseri dan Ashraf pada tahun 2015, sebagian besar ibu menyusui yang menderita CTS menunjukkan penurunan gejala setelah mereka berhenti menyusui (Hashempur, Naseri, & Ashraf, 2015). Hal ini dikarenakan adanya penurunan aktivitas ibu terkait penggunaan reflex saat menyusui serta mulai stabilnya hormon.

Jika terapi konservatif tak berhasil, maka penderita akan diberi suntikan steroid, meskipun akan ada efek samping yang akan dirasakan penderita setelah beberapa minggu atau bulan setelahnya. Suntikan steroid sendiri berguna untuk mengurangi pembengkakan syaraf carpal tunnel. Meskipun akan terasa sangat tak nyaman, suntikan ini dinilai efektif untuk mengobati CTS (Arthritis Research UK, 2012).

Jalan terakhir jika suntikan steroid juga tak mempan adalah operasi. Tindakan ini diperlukan terutama jika ada pembengkakan yang parah serta gagalnya upaya-upaya lainnya. Penderita diharapkan akan pulih dalam waktu sebulan pasca operasi. Tenang, operasi ini hanya akan meninggalkan bekas luka yang kecil kok, buibu. Tindakan operasi ini sukses dilaksanakan pada sebagian besar kasus, namun tak menutup kemungkinan adanya komplikasi yang terjadi di kemudian hari pada beberapa kasus (Arthritis Research UK, 2012). Hiks.

Komplikasi pasca operasi dapat menyebabkan kamu mengalami rasa sakit dan/atau rasa kaku pada tangan yang permanen, meskipun latihan rutin dapat membantumu mengurangi gejala ini. Terdapat pula resiko infeksi, hingga kerusakan pada syaraf dan pembuluh darah pada area tersebut (Alexander, 2017).

JADIHHH, sangat penting untuk menjaga dan mencegah kondisimu agar tidak sebegitu parahnya hingga harus dioperasi #selfnoted!

APA YANG BISA KAMU LAKUKAN UNTUK MENCEGAH ATAU MENGURANGI GEJALA?

Berdasarkan The Royal Women’s Hospital, ada beberapa tips untuk mencegah dan/atau meringankan gejala CTS buibu sekalian (The Royal Women's Hospital, 2012):

1.      Hindari posisi atau aktivitas yang membuat gejala CTS memburuk
2.      Hindari mengangkat beban berat
3.      Hindari melakukan gerakan yang berulang-ulang seperti menyikat, mengepel, atau mengucek pakaian
4.      Letakkan tangan dalam posisi lebih tinggi baik saat berbaring maupun saat duduk
5.      Hindari tidur di bagian tangan yang mengalami gejala paling parah
6.      Kompres pergelangan tangan dengan es yang dibungkus handuk selama 10-15 menit setiap beberapa jam sekali. Jangan letakkan es langsung di kulitmu. Kamu juga bisa meletakkan pergelangan tanganmu di air dingin yang mengalir.
7.      Terapkan gaya hidup sehat dengan kurangi makanan yang asin, cukup istirahat, angkatlah kaki ketika duduk, dan jangan merokok.
8.      Gunakan perban untuk membalut, tubigrip, wrist splint, dan sejenisnya untuk menjaga tanganmu tetap lurus, terutama saat malam hari.
9.      Lakukan latihan ringan dan pemijatan yang telah disarankan oleh dokter.
10.  Jaga tanganmu tetap dalam posisi netral (lurus) seperti dalam gambar:

Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012)

berdasarkan saran dari dokter saya, kamu juga bisa mencoba mengkonsumsi vitamin B6 loh untuk mengurangi gejala dan mempercepat proses penyembuhan. Vitamin B6 ini memang erat kaitannya sebagai nutrisi untuk sistem syaraf.

LATIHAN UNTUK MENGURANGI GEJALA CTS

Mengutip tulisan Anne Alexander, seorang Clinical Specialist Physiotherapist dari Oxford University Hospital mengenai CTS, ada 5 jenis latihan yang dapat buibu coba untuk meringankan gejala CTS. Latihan ini baik dilakukan sebanyak 2 hingga 3 kali setiap harinya (Alexander, 2017):

LATIHAN 1 : Tendon Gliding Exercise

Lakukan latihan berikut sebanyak 10 kali secara berulang-ulang. Pastikan bahwa kamu melakukan gerakan sesuai dengan urutannya, ya!

Sumber Gambar: (Alexander, 2017, p. 6)

 LATIHAN 2: Median Nerve Gliding No.1

Lakukan latihan berikut sebanyak 3-5 kali dalam sehari secara perlahan-lahan. Jangan berhenti di gerakan ke 6 jika kamu masih merasakan sensasi tarikan yang kuat pada jarimu.

Sumber Gambar: (Alexander, 2017, pp. 7-8)


LATIHAN 3: MEDIAN NERVE GLIDING EXERCISE No.2

Ulangi latihan berikut sebanyak 3-5 kali dalam sehari secara perlahan. Jangan berhenti di gerakan ke 6 jika kamu masih merasakan sensasi tarikan yang kuat pada jarimu.

Sumber Gambar: (Alexander, 2017, pp. 9-10)


LATIHAN 4: remaslah soft ball dengan tanganmu secara berkala untuk meningkatkan kekuatan menggenggammu. Lakukan latihan ini dengan pengawasan dari terapis.

LATIHAN 5: pijatlah tanganmu dengan lembut sebanyak 4 kali dalam sehari selama 1-2 menit setiap harinya. Lakukanlah pemijatan ini dengan atau tanpa minyak pemijit seperti baby oil, lotion ataupun minyak urut.

BAGAIMANA POSISI MELAHIRKAN ATAU MENYUSUI JIKA TERKENA CTS?

Tentunya, kondisi ini mengakibatkan penderitaan, kesakitan dan ketidaknyamanan bagi ibu hamil dan menyusui. Banyak perempuan yang mengkhawatirkan kesuksesan mereka dalam menyusui, namun jangan biarkan kondisi ini menghalangi buibu dalam mencapai tujuan untuk sukses ASI eksklusif ya. 

Bagi ibu hamil yang akan melahirkan maupun ibu yang tengah menyusui, kondisi CTS ini memang membutuhkan tips khusus. Ada beberapa masukan bagus yang saya temukan di pamphlet online milik rumah sakit Royal Women’s Hospital di Australia.

Nah, untuk ibu yang akan melahirkan, tetap penting untuk menjaga agar pergelangan tangan tetap lurus selama proses kontraksi berlangsung maupun saat melahirkan. Agak repot memang ya, apalagi salah satu posisi melahirkan yang kerap digunakan adalah setengah-duduk dengan tangan merangkul paha. 

Namun berdasarkan pengalaman saya, ibu-ibu bisa kok meminta suster atau bidan membantu untuk menarik lutut dan paha ke posisi yang seharusnya, sehingga tangan buibu bisa dikondisikan tetap lurus.

Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012)


Lalu bagaimana dengan buibu yang tengah menyusui seperti sayah? Meski sulit menjaga tangan agar tetap lurus saat menuntun si dedek untuk menyusu, namun ada dua posisi menyusui yang disarankan, yakni duduk dan sembari tiduran. Prinsip yang sama juga dilaksanakan saat menyusui si dedek dengan botol ya buibu.

Dalam posisi duduk, pastikan buibu duduk tegak di kursi. Letakkan bantal biasa atau bantal menyusui di bawah dedek. Dengan posisi ini, lengan buibu hanya perlu menuntun bayi alih-alih menopangnya. Nah, setelah dedek berhasil dituntun untuk menghisap, posisikan lengan buibu di bawah seperti gambar berikut ya:

Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012)


 Jika buibu ingin menyusui sembari berbaring, letakkan bantal di belakang pungung dan antara kaki buibu. Letakkan juga bantal kecil atau handuk yang digulung di belakang bayi agar bisa menopang tubuhnya tetap miring. Posisi ini ditujukan agar tangan buibu tak perlu menopang dedek dan tetap bisa diistirahatkan.

Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012)



Buibu dapat mengkonsultasikan kondisi buibu sekalian pada dokter maupun terapis di bagian fisioterapi yang ada di rumah sakit terdekat. Saya doakan lekas pulih ya buibu. Semangat teruuuus. Inshaa Allah perjuangan sebagai ibu ini merupakan bagian dari jihad kita sebagai perempuan. Amiiin ya Rabb.


Referensi

Alexander, A. (2017, April). Carpal Tunnel Syndrome: Information for Patients. Diambil kembali dari Ofxord University Hospitals NHS Trust: www.ouh.nhs.uk/patient-guide/leaflets/library.aspx
Alodokter.com. (t.thn.). CTS (Carpal Tunnel Syndrome). Diambil kembali dari alodokter.com: http://www.alodokter.com/cts-carpal-tunnel-syndrome
American Society for Surgery of the Hand. (2015). Diambil kembali dari American Society for Surgery of the Hand: www.handcare.org
Arthritis Research UK. (2012, November). Carpal Tunnel Syndrome. Diambil kembali dari www.arthritisresearchuk.org: www.arthritisresearchuk.org
Hashempur, M. H., Naseri, M., & Ashraf, A. (2015). Carpal Tunnel Syndrome in Lactation: A Challenging Issue. Women's Health Bul.

The Royal Women's Hospital. (2012, Maret). Pregnancy Related Carpal Tunnel Syndrome. Diambil kembali dari The Women's: The Royal Women's Hospital Victoria Australia: /www.thewomens.org.au



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daisypath Anniversary tickers