![]() |
sumber gambar: disini |
Hai para buibu maupun bebeb-bebeb calon-ibu. Mungkin
kamu nyasar di artikel ini karena tangan kamu terasa nyeri, kesemutan, kaku
saat hamil maupun setelah melahirkan dan kamu pingin tahu kenapa. Mungkin juga
kamu sekedar penasaran dengan carpal
tunnel syndrome pada ibu hamil dan melahirkan, tapapa.
Dalam artikel ini,
saya ingin sedikit bercerita mengenai pengalaman saya dengan CTS saat hamil dan
pasca melahirkan, sekaligus menyajikan informasi penjelasan ala kadarnya, plus
pelatihan dan penanganan yang saya kumpulkan dari berbagai jurnal dan dokumen
kesehatan. Semoga berguna yaa.
IYES, SAYA KENA CARPAL TUNNEL SYNDROME
Saat menginjak usia kehamilan 9 bulan, saya menyadari
bahwa tangan saya kian melemah dan saya jadi kerap menjatuhkan barang. Namun
saat itu saya hanya menganggap bahwa kondisi tersebut hanya bagian dari
‘dummy-brain pregnancy’ dan menertawakannya bareng suami. Polos (baca: bodo)
banget kan kami? Hahaha.
Namun dua minggu setelah melahirkan, kondisi tersebut
semakin parah. Awalnya hanya tangan kiri saya yang terasa nyeri, ngilu dan
kaku. Namun lagi-lagi, saya mengira (sotoy emang dah) bahwa kondisi tersebut
diakibatkan oleh pecahnya banyak pembuluh darah saya di tangan pasca gagalnya
prosedur infus saat melahirkan kemarin. Kebetulan, tangan kiri saya kala itu
memang membengkak dan biru. Jadilah, saya anggap angin lalu. Saya pikir, ah,
bakal hilang ini.
Ternyata saya salah. Saya baru sadar bahwa kondisi
tersebut lebih serius dari yang saya kira saat tangan kanan saya juga mulai
mengalami hal serupa. Kini, kedua tangan saya bukan hanya nyeri, ngilu dan kaku,
namun ada beberapa waktu bahkan tangan saya tak bisa digerakkan sama sekali.
Jangankan menggenggam, jari saya bahkan hanya bisa digerakkan 90 derajat. Hiks.
Aktivitas sehari-hari mulai terasa sangat sulit. Saya
bahkan tak bisa menggosok gigi, membuka botol, merobek bungkus vitamin, menjatuhkan
HP hingga rusak, hingga yang paling menyedihkan bagi saya, saya mulai kesulitan
mengurus si dedek. Saya bahkan harus membangunkan suami untuk membuka ikatan
bedongnya, harus menahan nyeri saat membimbing payudara untuk ia hisap, harus didampingi
saat memandikannya (soalnya pernah hampir kelepas), bahkan untuk menggendongnya
saja saya kesulitan. Hiks.
Mungkin, jika batas ambang nyeri saya tidak tinggi
(wong pembukaan 5-6 aja masih bisa ngobrol, ketawa-ketawa, makan, selfie, tidur
+ waktu melahirkan masih bisa ngelawak sama dokternya), kondisi ini tidak akan
sedemikian parah. Mungkin, saya akan pergi ke dokter saat kondisinya masih
‘ngilu dan nyeri’ yang biasa, bukannya hingga tak bisa digerakkan. Tapi ya
itulah kekurangan saya.
Akhirnya saya baru memeriksakan kondisi ini saat saya
kontrol rutin pasca melahirkan di dokter kandungan. Darah saya dicek, lalu
hasil segala-gala seperti diabetes, asam urat, dsb dsb dinyatakan baik.
Akhirnya dokter melakukan pemeriksaan di tangan dan hasilnya adalaaaah, saya
didiagnosa kena CTS atau carpal tunnel
syndrome a.k.a sindroma terowongan karpal.
Bayangkan saja, baru senang-senangnya punya bayi,
gitu. Apalagi saya tipe emak-emak yang ‘saya akan ngurus anak saya sendirian’
tanpa bantuan nanny ataupun ART, lalu kena syndrome begini? Disuruh
istirahatkan tangan? Aaah, terpotek-potek deh hati aing. Alhasil suami jadi
kebagian banyak sekali pekerjaan rumah tangga. Meski jadi cinta banget sama
doi, tapi saya tak tega melihat dia sibuk banget dan makin tak sabar untuk
sembuh.
Saya pun mulai menghimpun informasi baik dari
keterangan dokter, website kedokteran hingga membaca jurnal-jurnal kesehatan.
Berbagai informasi ini saya terapkan, dan alhamdulillah nya kini tangan saya
mulai terasa membaik. Semoga informasi ini juga bisa berguna buatmu, yah!
APA ITU CARPAL TUNNEL SYNDROME?
Carpal
tunnel syndrome atau CTS (sindrom terowongan/lorong karpal)
adalah kondisi dimana syaraf carpal tunnel di bagian pergelangan
tangan terjepit dan membengkak. Padahal, syaraf inilah yang mengontrol otot
yang menggerakkan jempol, sekaligus bertanggung jawab untuk membawa informasi
terkait indera perasa di daerah ini ke otak (Arthritis
Research UK, 2012).
Sumber Gambar: (American Society for Surgery of the Hand, 2015, p. 5) |
Gejala umum CTS adalah rasa nyeri, mati
rasa, kesemutan, genggaman melemah, kaku, hingga kecenderungan untuk menjatuhkan
barang. Sensasi kaku dan kesemutan ini biasanya paling sering dialami pada
bagian jempol, jari tengah, telunjuk, dan jari manis. Kondisi ini juga biasanya
memburuk saat malam hari, namun juga akan kamu sadari saat melakukan aktivitas
sehari-hari lainnya. Dalam beberapa kasus CTS, kekuatan tangan dan indera
perasa bahkan dapat hilang secara permanen (American
Society for Surgery of the Hand, 2015).
Sumber Gambar: (American Society for Surgery of the Hand, 2015, p. 5) |
Gejala
yang muncul bisa terjadi pada salah satu atau kedua tangan sekaligus, tapi pada
kebanyakan kasus, CTS akhirnya memengaruhi kedua tangan. Berikut ini beberapa gejala lainnya yang mungkin
muncul akibat CTS (Alodokter.com, n.d.):
1.
Muncul rasa sakit pada lengan.
2.
Menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
3.
Pembengkakan, kulit kering, atau perubahan warna
pada kulit tangan.
4. Kemampuan tangan atau jari yang terpengaruh CTS
akan berkurang, misalnya mengetik, mengancingkan baju, atau mengangkat sesuatu
dengan jari.
APA PENYEBAB CARPAL TUNNEL SYNDROME?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumya, CTS pada dasarnya
disebabkan karena adanya syaraf median yang tertekan atau terjepit. Namun, pada
kebanyakan
kasus CTS, penyebab tertekannya saraf median ini masih belum diketahui. Tapi
ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita CTS. Berikut
ini adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena carpal tunnel syndrome (Alodokter.com,
n.d.):
1.
Faktor
keturunan keluarga yang menderita CTS. Menurut penelitian, CTS bisa
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika ada anggota keluarga Kamu yang
menderita CTS, risiko Kamu mengalaminya akan meningkat. Namun, hingga kini
tidak diketahui bagaimana dan kenapa bisa terpengaruh oleh faktor keturunan.
2.
Cedera
pada pergelangan tangan. Cedera pada tangan bisa menjadi penyebab
munculnya CTS, misalnya terkilir dan tulang retak bisa menyebabkan pembengkakan
dan akhirnya memberi tekanan pada saraf median. Cedera yang terjadi juga bisa
mengubah bentuk tulang dan ligamen pada tangan. Perubahan ini menyebabkan saraf
median terhimpit.
3.
Kehamilan. Hampir
setengah dari wanita hamil mengalami CTS pada masa kehamilan, tapi tidak
diketahui kenapa hal ini bisa terjadi. Namun, gejala ini biasanya menghilang
sesaat setelah bayi lahir. Kebanyakan kasus CTS pada kehamilan pulih dengan
sendirinya setelah bayi dilahirkan. Wanita yang memasuki masa menopause juga
cenderung mengalami CTS.
4.
Pekerjaan
berat dan berulang-ulang dengan memakai tangan, seperti
mengetik, menulis, atau menjahit. Kegiatan yang melibatkan genggaman kuat,
gerakan pergelangan tangan berulang, dan getaran yang kuat bisa memicu
munculnya CTS. Aktivitas yang dimaksud seperti bermain musik, pekerjaan bagian
pengemasan, dan pemakaian gergaji mesin yang melibatkan banyak gerakan memakai
tangan. Sampai saat ini masih dilakukan penelitian yang lebih mendalam
apakah carpal tunnel syndrome terkait
secara langsung dengan pekerjaan yang melibatkan banyak gerakan tangan.
5.
Kondisi
medis lain.
Risiko
terkena CTS akan meningkat akibat beberapa kondisi medis, seperti diabetes,
hipotiroidisme, obesitas, dan jika mengonsumsi obat untuk kanker seperti exemestane.
Dalam kasus saya, kondisi CTS ini meningkat sepertinya
karena saya terlalu idealis untuk mengurus anak + rumah tangga sendirian tanpa
bantuan nanny maupun ART. Karena trauma masa kecil dulu pernah disiksa nanny di
rumah, saya bertekad ingin mengurus semuanya sendirian, meski baru saja
melahirkan secara normal.
Belum lagi saya gatelll kalau ngeliat popok kain anak
masih ada noda kuningnya, hingga semuanya saya cuci sendiri dengan tangan dan
dikucek hingga putih kembali. Setelah kondisi CTS saya kian parah, saya
menyadari bahwa aktivitas mengucek inilah yang menimbulkan rasa sakit yang
paling parah dan saya harus berdamai dengan kondisi dan memakaikan si dedek
diapers. Hiks.
PENGOBATAN CTS PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Berdasarkan penelitian, 70% penderita CTS adalah
perempuan, terutama perempuan yang telah berusia lanjut (Hashempur, Naseri, & Ashraf, 2015). CTS juga umumnya dialami
oleh 30-50% perempuan hamil maupun pasca-melahirkan (The Royal Women's Hospital, 2012).
Meskipun dalam banyak kasus kondisi ini akan mereda
setelah proses melahirkan berlangsung, namun pada beberapa kasus, CTS juga
dapat berlanjut bahkan hingga 3 tahun setelah proses melahirkan. Pada ibu
menyusui, CTS dapat semakin parah dikarenakan adanya perubahan hormon, tuntutan
aktivitas ibu dalam mengurus anaknya, hingga reflex tangan ibu dalam proses
menyusui (Hashempur, Naseri, & Ashraf, 2015).
CTS juga dapat disebabkan menurunnya aktivitas kelenjar tiroid saat hamil dan
menyusui (Alexander, 2017).
Untuk menanggulangi CTS pada ibu hamil dan menyusui,
opsi terapi yang konservatif seperti latihan tertentu dan pemijatan lebih
disarankan dibandingkan dengan operasi. Operasi hanya akan dilaksanakan apabila
penderita CTS tak mempan diobati dengan penanganan konservatif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Hashempur, Naseri dan Ashraf pada tahun 2015,
sebagian besar ibu menyusui yang menderita CTS menunjukkan penurunan gejala
setelah mereka berhenti menyusui (Hashempur,
Naseri, & Ashraf, 2015). Hal ini dikarenakan adanya penurunan
aktivitas ibu terkait penggunaan reflex saat menyusui serta mulai stabilnya hormon.
Jika terapi konservatif tak berhasil, maka penderita
akan diberi suntikan steroid, meskipun akan ada efek samping yang akan
dirasakan penderita setelah beberapa minggu atau bulan setelahnya. Suntikan
steroid sendiri berguna untuk mengurangi pembengkakan syaraf carpal tunnel.
Meskipun akan terasa sangat tak nyaman, suntikan ini dinilai efektif untuk
mengobati CTS (Arthritis Research UK, 2012).
Jalan terakhir jika suntikan steroid juga tak mempan
adalah operasi. Tindakan ini diperlukan terutama jika ada pembengkakan yang
parah serta gagalnya upaya-upaya lainnya. Penderita diharapkan akan pulih dalam
waktu sebulan pasca operasi. Tenang, operasi ini hanya akan meninggalkan bekas
luka yang kecil kok, buibu. Tindakan operasi ini sukses dilaksanakan pada
sebagian besar kasus, namun tak menutup kemungkinan adanya komplikasi yang
terjadi di kemudian hari pada beberapa kasus (Arthritis
Research UK, 2012). Hiks.
Komplikasi pasca operasi dapat menyebabkan kamu
mengalami rasa sakit dan/atau rasa kaku pada tangan yang permanen, meskipun
latihan rutin dapat membantumu mengurangi gejala ini. Terdapat pula resiko
infeksi, hingga kerusakan pada syaraf dan pembuluh darah pada area tersebut (Alexander, 2017).
JADIHHH, sangat penting untuk menjaga dan mencegah
kondisimu agar tidak sebegitu parahnya hingga harus dioperasi #selfnoted!
APA YANG BISA KAMU LAKUKAN UNTUK MENCEGAH ATAU MENGURANGI GEJALA?
Berdasarkan The Royal Women’s Hospital, ada beberapa
tips untuk mencegah dan/atau meringankan gejala CTS buibu sekalian (The Royal Women's Hospital, 2012):
1.
Hindari
posisi atau aktivitas yang membuat gejala CTS memburuk
2.
Hindari
mengangkat beban berat
3.
Hindari
melakukan gerakan yang berulang-ulang seperti menyikat, mengepel, atau mengucek
pakaian
4.
Letakkan
tangan dalam posisi lebih tinggi baik saat berbaring maupun saat duduk
5.
Hindari
tidur di bagian tangan yang mengalami gejala paling parah
6.
Kompres
pergelangan tangan dengan es yang dibungkus handuk selama 10-15 menit setiap
beberapa jam sekali. Jangan letakkan es langsung di kulitmu. Kamu juga bisa
meletakkan pergelangan tanganmu di air dingin yang mengalir.
7.
Terapkan
gaya hidup sehat dengan kurangi makanan yang asin, cukup istirahat, angkatlah
kaki ketika duduk, dan jangan merokok.
8.
Gunakan
perban untuk membalut, tubigrip, wrist splint, dan sejenisnya untuk menjaga
tanganmu tetap lurus, terutama saat malam hari.
9.
Lakukan
latihan ringan dan pemijatan yang telah disarankan oleh dokter.
10.
Jaga
tanganmu tetap dalam posisi netral (lurus) seperti dalam gambar:
Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012) |
berdasarkan saran dari dokter saya, kamu juga bisa mencoba mengkonsumsi vitamin B6 loh untuk mengurangi gejala dan mempercepat proses penyembuhan. Vitamin B6 ini memang erat kaitannya sebagai nutrisi untuk sistem syaraf.
LATIHAN UNTUK MENGURANGI GEJALA CTS
Mengutip tulisan Anne Alexander, seorang Clinical
Specialist Physiotherapist dari Oxford University Hospital mengenai CTS, ada 5
jenis latihan yang dapat buibu coba untuk meringankan gejala CTS. Latihan ini
baik dilakukan sebanyak 2 hingga 3 kali setiap harinya (Alexander, 2017):
LATIHAN 1
: Tendon Gliding Exercise
Lakukan latihan berikut sebanyak 10 kali secara
berulang-ulang. Pastikan bahwa kamu melakukan gerakan sesuai dengan urutannya,
ya!
Sumber Gambar: (Alexander, 2017, p. 6) |
LATIHAN 2: Median Nerve Gliding No.1
Lakukan latihan berikut sebanyak 3-5 kali dalam sehari
secara perlahan-lahan. Jangan berhenti di gerakan ke 6 jika kamu masih
merasakan sensasi tarikan yang kuat pada jarimu.
![]() |
Sumber Gambar: (Alexander, 2017, pp. 7-8) |
LATIHAN
3: MEDIAN NERVE GLIDING
EXERCISE No.2
Ulangi latihan berikut sebanyak 3-5 kali dalam sehari
secara perlahan. Jangan berhenti di gerakan ke 6 jika kamu masih merasakan
sensasi tarikan yang kuat pada jarimu.
![]() |
Sumber Gambar: (Alexander, 2017, pp. 9-10) |
LATIHAN
4: remaslah soft ball dengan
tanganmu secara berkala untuk meningkatkan kekuatan menggenggammu. Lakukan
latihan ini dengan pengawasan dari terapis.
LATIHAN
5: pijatlah tanganmu dengan
lembut sebanyak 4 kali dalam sehari selama 1-2 menit setiap harinya. Lakukanlah
pemijatan ini dengan atau tanpa minyak pemijit seperti baby oil, lotion ataupun
minyak urut.
BAGAIMANA POSISI MELAHIRKAN ATAU MENYUSUI JIKA TERKENA CTS?
Tentunya, kondisi ini mengakibatkan penderitaan,
kesakitan dan ketidaknyamanan bagi ibu hamil dan menyusui. Banyak perempuan
yang mengkhawatirkan kesuksesan mereka dalam menyusui, namun jangan biarkan
kondisi ini menghalangi buibu dalam mencapai tujuan untuk sukses ASI eksklusif
ya.
Bagi ibu hamil yang akan melahirkan maupun ibu yang tengah menyusui,
kondisi CTS ini memang membutuhkan tips khusus. Ada beberapa masukan bagus yang
saya temukan di pamphlet online milik rumah sakit Royal Women’s Hospital di
Australia.
Nah, untuk ibu yang akan melahirkan, tetap penting
untuk menjaga agar pergelangan tangan tetap lurus selama proses kontraksi
berlangsung maupun saat melahirkan. Agak repot memang ya, apalagi salah satu
posisi melahirkan yang kerap digunakan adalah setengah-duduk dengan tangan
merangkul paha.
Namun berdasarkan pengalaman saya, ibu-ibu bisa kok meminta
suster atau bidan membantu untuk menarik lutut dan paha ke posisi yang
seharusnya, sehingga tangan buibu bisa dikondisikan tetap lurus.
Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012) |
Lalu bagaimana dengan buibu yang tengah menyusui
seperti sayah? Meski sulit menjaga tangan agar tetap lurus saat menuntun si
dedek untuk menyusu, namun ada dua posisi menyusui yang disarankan, yakni duduk
dan sembari tiduran. Prinsip yang sama juga dilaksanakan saat menyusui si dedek
dengan botol ya buibu.
Dalam posisi duduk, pastikan buibu duduk tegak di
kursi. Letakkan bantal biasa atau bantal menyusui di bawah dedek. Dengan posisi
ini, lengan buibu hanya perlu menuntun bayi alih-alih menopangnya. Nah, setelah
dedek berhasil dituntun untuk menghisap, posisikan lengan buibu di bawah
seperti gambar berikut ya:
Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012) |
Jika buibu ingin menyusui sembari berbaring, letakkan
bantal di belakang pungung dan antara kaki buibu. Letakkan juga bantal kecil
atau handuk yang digulung di belakang bayi agar bisa menopang tubuhnya tetap
miring. Posisi ini ditujukan agar tangan buibu tak perlu menopang dedek dan
tetap bisa diistirahatkan.
Sumber Gambar: (The Royal Women's Hospital, 2012) |
Buibu dapat mengkonsultasikan kondisi buibu sekalian
pada dokter maupun terapis di bagian fisioterapi yang ada di rumah sakit
terdekat. Saya doakan lekas pulih ya buibu. Semangat teruuuus. Inshaa Allah
perjuangan sebagai ibu ini merupakan bagian dari jihad kita sebagai perempuan. Amiiin
ya Rabb.
Referensi
Referensi
Alexander, A. (2017, April). Carpal Tunnel
Syndrome: Information for Patients. Diambil kembali dari Ofxord University
Hospitals NHS Trust: www.ouh.nhs.uk/patient-guide/leaflets/library.aspx
Alodokter.com. (t.thn.). CTS (Carpal Tunnel
Syndrome). Diambil kembali dari alodokter.com:
http://www.alodokter.com/cts-carpal-tunnel-syndrome
American Society for Surgery of the Hand. (2015).
Diambil kembali dari American Society for Surgery of the Hand: www.handcare.org
Arthritis Research UK. (2012, November). Carpal
Tunnel Syndrome. Diambil kembali dari www.arthritisresearchuk.org:
www.arthritisresearchuk.org
Hashempur, M. H., Naseri, M., & Ashraf, A. (2015).
Carpal Tunnel Syndrome in Lactation: A Challenging Issue. Women's Health Bul.
The Royal Women's Hospital. (2012, Maret). Pregnancy
Related Carpal Tunnel Syndrome. Diambil kembali dari The Women's: The Royal
Women's Hospital Victoria Australia: /www.thewomens.org.au
Tidak ada komentar:
Posting Komentar