8 Apr 2011

Kenapa Pria Jomblo Mati Lebih Cepat


Berawal dari kejadian ngenes di angkot saya pagi ini yang ditumpangi oleh sepasang suami istri yang umurnya mungkin sudah masuk 70 tahunan. Yang membuat saya merasa tertarik. Walaupun mereka sama-sama keriput, tingkat kegesitan dan kecerdasan si nenek tampak jauh lebih unggul dari si kakek. Bahkan sedihnya. Maaf maaf saja, si kakek terlihat seperti bocah besar keriput yang agak lola.

Di hari yang lain. Saya sering, bukannya hanya pernah, menyaksikan dua tua-tui (kalo kita kan muda-mudi) yang jalan bersama. hampir bisa dipastikan, si nenek masih berjalan penuh semangat sembari menarik paksa si kakek yang jalannya teratih-atih.

Oh gawd. Kebayanglah saya di hari tua nanti harus mengurusi sosok tampan keriput yang harus dijagai kemana-mana. Wkwkwk.

Hal ini menimbulkan pertanyaan di dalam otak saya “Tidak heran janda lebih banyak dari duda. Tapi kenapa perempuan memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi dari laki-laki?”


Teori yang pertama melintas di otak saya adalah hormone. Seperti yang kita tahu, hormone testosterone dan estrogen menyebabkan laki-laki dan perempuan memiliki perilaku yang berbeda. Usut punya usut metabolisme bahkan kromosom Y juga berpengaruh lho.  Hal ini dibenarkan oleh Dr. Courtenay bahwa perbedaan paparan hormone inilah yang menggebah pria ke perilaku yang cenderung beresiko dan ‘menantang’ sementara perempuan lebih cenderung menghindarinya.

Itulah sebabnya pria lebih cepat punah, mengingat mereka rentan mengalami kecelakaan dan kekerasan. Ini juga menjawab pertanyaan saya; “Kenapa angkutan umum seperti angkot didominasi perempuan, sementara para pria mengendarai motor di luar sana.” Tentu motor terlihat lebih jantan dan ‘menantang’ daripada duduk di dalam angkot.

Dulu sih saya pernah mendengar anggapan bahwa pria lebih rentan stress karena pekerjaan—makanya umur mereka pendek. Jadi perempuan dinilai tidak pernah stress hingga umurnya panjang? *sigh* Padahal hare gene geto loh, perempuan juga banyak yang menjadi boss dan menerima stress yang lebih dari pria (di tempat kerja mereka juga didiskriminasi karena mereka ‘perempuan’ kan?) tapi memang penelitian lain mengatakan bahwa yah, pria memang lebih lemah dalam menghadapi tekanan stress daripada perempuan.

Lalu ada juga anggapan bahwa pria cepat masuk kubur karena mereka memiliki kebiasaan buruk seperti merokok dan minum-minuman keras, serta tidak mau mengkonsumsi makanan yang seimbang gizinya. Anehnya, saat ini banyak juga kan perempuan yang merokok dan minum, namun tetap saja mereka memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi.

Jadi, dua anggapan diatas, bisa kita exit dulu. Fufufu.

Nah, menariknya, dalam jurnal yang ditulis oleh Professor Thomas Kirkwood dari Newcastle, Inggris, diungkapkan hal yang benar-benar bikin saya ngakak. Prof Kirkwood mengatakan bahwa secara genetika saja pria memang ditakdirkan lemah. Hahaha!

Memang sih, coba saja cek angka kelahiran bayi di dunia. Sebenarnya jumlah bayi perempuan dan laki-laki berimbang, namun bayi perempuan memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi daripada bayi laki-laki. Tuh kan sejak awal saja sudah ada bukti bahwa perempuan tidak selalu lemah. Hahaha.

Saya jadi teringat kata-kata dosen SSI saya; “alam (kalau yang beragama ngomongnya ‘Tuhan’) telah menyiapkan fisik dan struktur tubuh perempuan lebih kuat dan lebih sempurna untuk setidaknya mampu menopang dua kehidupan dalam satu waktu.”

Si dosen becul sekali. Rupa-rupanya, penelitian Prof Kirkwood lewat dua ekor tikus mulia (ceile) menunjukkan bahwa tikus betina memang memiliki sel yang lebih cepat beradaptasi dan bergenerasi dibanding tikus jantan. Namun situasi ini berubah setelah ovariumnya diangkat. Begitu juga dengan tikus jantan yang memiliki peluang hidup lebih saat alat kelaminnya dikebiri.

Jrengjreng.

Yah, memang alat reproduksi punya pengaruh ke hormone sih ya. Tapi mungkin ini sebabnya beberapa rumah sakit di Amerika memilih untuk mengkebiri pasiennya saat terbukti setelah tindakan ini—harapan hidup mereka memang membaik.

Teori lainnya yang tidak kalah menarik adalah care-giving theory. Ini ada hubungannya dengan alat reproduksi dan hormone juga pola hidup diatas tadi. Bahwa pria yang sudah berumah tangga dan memiliki anak memiliki harapan hidup yang lebih tinggi dari mereka yang bujang (makanya! Cepetan nyari pacar yang masih jomblo, hayo!).

Mungkin hal ini diakibatkan karena biasanya, perempuan atau laki-laki yang terlibat dalam pengasuhan anak, cenderung akan meningkatkan kepeduliannya akan kesehatan dan keselamatan.

Sebenarnya teori ini diambil dari penelitian pada sepupu-sepupu mamalia kita. Dimana ditemukan bahwa para pejantan juga kerap mati lebih cepat dari betinanya. Namun pada mamalia yang pejantannya ikut berkontribusi mengasuh anak, seperti siamang, mereka memiliki angka harapan hidup yang jauh lebih tinggi dari mamalia lainnya. Nah lho.

Itu sebabnya saya berkesimpulan (walau anda mungkin ngakak karena ini ga ada nyambung-nyambungnya) menikah dan memiliki pasangan serta menghasilkan anak sangat penting bagi seorang pria agar mereka hidup lebih lama. Karenanya, segeralah mencari pacar bagi anda yang masih jomblo, segeralah menikah yang sudah punya pacar dan matang, dan segeralah punya anak bagi anda yang sudah menikah.

Maaf kalau random. Peace.

2 komentar:

  1. Pria yang sudah menikah bukan hidup lebih lama dari yang lajang Be.. tapi hidup mereka terasa lebih lama ketimbang yang lajang. :)) *guyonan jadul*

    BalasHapus
  2. aseeeek.. kak unin curhat. wkwkwk

    BalasHapus

Daisypath Anniversary tickers