Seumur hidupku, aku tak pernah berencana untuk memiliki hubungan dengan lelaki yang sudah memiliki pasangan.
Namun cinta, adalah salah satu bentuk
kegilaan yang paling indah sekaligus tidak masuk akal.
Ya, aku mengetahui dengan pasti bahwa lelaki
itu, Mas Adrian, sudah memiliki tunangan di Jakarta sana.
Bagaimana tidak? Ia membawa foto perempuan
itu kemana-mana. Ia bisa dengan gamblang mengangkat telfon perempuan itu disaat
kami sedang makan bersama. Dan dia tidak penah menutupi kenyataan bahwa ia sudah
memiliki tunangan – dan bagaimana dia juga menyayangiku dengan cara yang sama.
Entah kekuatan seperti apa yang ia punya sehingga
aku mau menjadi ‘selingkuhannya’, bahkan mau diajak pindah untuk tinggal
bersama di apartementnya yang terletak di tengah kota Yogyakarta.
“Tapi Mas kan sudah punya tunangan, Mas?”
“Sudah… Percayalah, oke? Kamu percaya kan,
sama mas, Tiara? Jangan khawatir. Nggak ada yang perlu kamu pusingkan tentang
apapun, oke?”
Ya. Hanya dengan satu percakapan itu. Dan Mas
Adrian mampu membawaku bertekuk lutut mengikuti ketidak-masuk-akalan semua ini.
Aku menyaksikan diriku mengepak barang-barangku dan meninggalkan kos-kosan yang
aku sewa untuk setahun, dan pindah bersamanya di apartement itu.
Aku mencintai Mas Adrian.
Klise? Ya, memang. Tapi itu semua adalah
fakta yang tak bisa kuhindari. Terlepas dari statusnya, atau kenyataan bahwa
aku mungkin tengah menyakiti hati tunangannya, aku begitu mencintai mas Adrian.
Ya, begitu mencintainya, hingga tak keberatan
tinggal di apartement yang dipenuhi oleh foto perempuan itu.
Aku selalu bertanya-tanya mengapa Mas Adrian
tidak seperti lelaki lain yang menyembunyikan ‘pasangan resmi’nya saat mereka
ingin berselingkuh. Dulu, saat aku bertanya apa dia punya pacar atau tidak, mas
Adrian justru menjawab tegas “Ya, aku punya tunangan.” Dan seakan-akan itu
bukan suatu masalah, ia terus mendekatiku.
Ia tak pernah keberatan menceritakan mengenai
tunangannya padaku. Hingga aku bertanya-tanya, apakah rasa percayanya begitu tinggi
hingga ia yakin, bahwa sekalipun aku tahu ia memiliki tunangan, aku akan tetap
mau bersamanya?
Hingga suatu hari, semua pertanyaan itu terjawab.
Pagi itu kami dibangunkan oleh suara bel yang
berulang-ulang. Aku terbangun dengan keterkejutan, karena kami tak pernah
menerima tamu di apartement itu. Namun mas Adrian terbangun dengan wajah
gembira, seperti anak kecil yang terbangun di pagi Natal dan sudah tak sabar
membuka hadiahnya.
“Lea!” ia menyebut nama tunangannya, lalu
berlari untuk membuka pintu.
Darahku berhenti berdesir. Apa? Apa itu
tunangannya yang kini muncul di pintu?
Dengan ketergesaan, menyeret selimut yang
nyaris membuatku tersandung dan jatuh, aku setengah-berlari ke arah pintu.
Dan benar. Disana, mas Adrian tengah memeluk
perempuan yang fotonya memenuhi apartemen ini.
Lea.
Aku terpaku. Kakiku serasa beku dan tak mau
menuruti otakku yang sedang berteriak, menyuruhku segera lari dari situasi itu.
Lalu Lea mengalihkan pandangannya dari mas
Adrian ke arahku. Ya, padaku yang hanya mengenakan pakaian dalam berbalut
selimut. Ia tersenyum, senyuman yang bagiku terlihat seperti seringai singa
betina yang menemukan mangsa termudah. Lea melepaskan pelukannya dari mas
Adrian, lalu berjalan ke arahku.
Aku nyaris menjerit. Aku mengira Lea akan
menjambakku atau memakiku saat mendapati aku berapa di apartement itu.
Namun tidak. Dengan ajaib, ia justru tertawa
dan berlari untuk memelukku.
“Hey
you, girly!” dan ia mendaratkan kecupan di kedua pipiku, meninggalkan bekas
lipstick Perancis berbau harum.
Ia lebih cantik daripada di fotonya. Ia lebih
tinggi dariku, dan apapun yang ia gunakan untuk disemprotkan ke tubuhnya,
berbau begitu segar sekaligus lembut. Tawanya indah, seperti lonceng angin yang
berderai. Warna rambutnya kecokelatan, alami dan bukan dicat, terlihat kemilau
ditimpa sinar matahari pagi dari jendela. Tubuhnya sensual, pinggangnya
terbentuk dengan curva yang indah. Namun yang kuingat betapa indah matanya yang
tajam dan seakan mampu menembus benak.
Dalam semua hal, dalam sekejap, aku bisa
benar-benar mengerti mengapa Mas Adrian mencintainya.
“Well, Darling, dia jauh lebih manis
daripada foto yang kamu kirimkan.” Lea melepaskan pelukannya dan mengerling mas
Adrian, yang hanya tersenyum.
“I told
ya.” Sahut mas Adrian sembari mengangkat bahu.
“Oooh,
see that? Uuuu, kasihaan. Dia kebingungan!” Lea mengelus ringan garis
rahangku. Ia membimbingku ke sofa terdekat dan mendudukanku disana. “Well,
Tiara, gue Lea. Adrian tentu sudah banyak bercerita soal kami berdua.” Aku
melirik mas Adrian yang dengan santai bersandar di dinding sembari mengawasi
kami berdua.
“A… aku bukannya… nggak gitu, mbak.. aku sama
mas…” dengan ketakutan aku berusaha berkata-kata.
“huuuush!” Lea menutup bibirku dengan jemari
lentiknya. “Gue sudah tahu semuanya, Tiara. Everything,
every little-tiny-detail tentang lo dan Adrian.”
Apa?? Aku menoleh dan memandang mas Adrian
dengan ngeri. Gilanya, mas Adrian hanya membalas dengan senyuman setengah-tawa.
Lalu Lea menjelaskan segalanya.
Ternyata, selama ini mas Adrian selalu
bercerita padanya mengenai kami. Dan gilanya, Lea juga setuju bahwa aku adalah ‘pasangan’
yang tepat bagi mas Adrian. Lea meyakinkanku bahwa tidak akan ada masalah, dan
dia hanya akan tinggal di apartemen ini bersama kami selama masa cuti-nya, lalu
ia akan kembali lagi ke kotanya, dan aku serta mas Adrian bisa meneruskan ‘hidup
kami’ seperti biasanya.
Dalam keterkejutanku, aku tak mampu
mengeluarkan sepatah katapun.
Memahami shock
yang ia timbulkan padaku, Lea meminta mas Adrian membuatkan kami semua teh hangat
sementara ia mengeluarkan berbagai barang dari Jakarta. Ia bahkan membawakanku
beberapa pasang baju yang anehnya, sesuai dengan seleraku dan begitu pas di
tubuhku, seakan-akan Lea telah mengenalku begitu lama.
“Gampang kok, menerka gimana kesukaan lo, cheri…” katanya lembut.
Cheri.
Ya, cheri.
Lea adalah satu-satunya orang yang pernah memanggilku dengan panggilan sayang
itu. Dan entah mengapa, aku justru menyukai caranya mendesiskan kata ‘cheri’
itu setiap kali memanggilku.
...bersambung ke Sounds Good, Cheri? (2)
Ini cerpenmu ? Kenapa nggak dibukuin aja cerpennya ? :))
BalasHapusGue ada artwork nih, kalau berkenan silahkan mampir dan dikomentari ya mbak :))