11 Des 2011

Alfprimr: Rise of Refheuf (Part 3)




Lorong-lorong, istana Knossos
(Strapies Eridhu)
Janr 7th 528 Hersten

Lon Fruen!” (Tuan Muda!)

Vortigrn berkelit dari tangan-tangan yang terjulur dan berhasil melarikan diri ke lorong istana Knossos yang rumit. Bocah berumur 8 tahun itu menggerakkan kakinya secepat yang ia bisa, terpompa oleh jeritan Pengasuhnya yang semakin kecil ditelan jarak. Boots yang ia gunakan berdetak-detak di lantai baja, suara dan kehadirannya membuat semua orang yang ia lewati di sepanjang lorong menoleh heran, lalu tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala.

“Cukup sampai disini, Vortigrn-uen[i].”

Sebuah suara yang berat dan sepasang tangan menangkap tubuh kecil Vortigrn. Entah sejak kapan, tiba-tiba saja kakinya tak lagi menjejak tanah. Vortigrn tertawa saat menyadari dirinya kalah, dan menoleh untuk melancarkan ‘jurus andalan’nya agar lolos dari masalah dan ceramah, tatapan-polos-tak-berdosa.


“Istana ini membosankan, Hidias-eth[ii].” Gerutu Vortigrn. “Tidak ada anak seumuran saya yang bisa diajak bermain di sini. Apalagi sejak Mickey dikirim ke strapies Egypt. Saya benar-benar bosan, Hidias-eth. Entah mengapa, Guru dan Pengasuh saya memiliki kecendrungan besar untuk menambahi kebosanan itu.”

Terdengar suara tawa dari sebelah Vortigrn, dan sosok lelaki bertelanjang dada muncul. Tidak seperti Hidias yang kharismatik dan kebapakan, lelaki itu terlihat sangat santai dan acuh dengan celana pendek bermotif bunga. Namun keramahan dan antusias di matanya entah mengapa selalu berhasil membius Vortigrn. Cliod, salah satu anggota Alfprimr, mengangkat tangannya yang besar dan mengacak-acak rambut Vortigrn dengan sayang.

"Tidak punya teman bermain, heh?” dengus Cliod geli. “Kau kan selalu dikelilingi lalat-lalat kecil yang berharap bisa kecipratan untung dari posisimu sebagai anak Cent-Rion, cucu Adadnr. Kau ini Pangeran umat manusia. Tentu saja seharusnya kau tidak kekurangan teman bermain. Itu sih kalau kau masih bisa berharap diantara mereka ada yang tulus ingin berteman denganmu.”

"Cliod!” geram Hidias kesal. “Karena ucapan omong kosongmu itu anak ini tumbuh menjadi pribadi sinis.” Maki Hidias. Vortigrn bengong menatap pertengkaran keduanya. Padahal Hidias yang selalu kalem itu tak pernah terlihat kesal selama ini.

“Aku selalu berkata jujur. Kau bisa melihat hingga ke dasar hatiku, kan?” kekeh Cliod. “Aku tidak sudi jika Vortigrn dimanfaatkan lalat-lalat itu. Ia hanya harus tahu bahwa itu semua kenyataan yang harus ia hadapi sebagai seorang Fruen!”

“Tapi…”

“…Hidias-eth, Cliod-eth, sudah cukup!” seru Vortigrn memotong, sebelum keduanya bertengkar dan berubah wujud, lalu menghancurkan lorong yang dipenuhi lukisan berharga ini dengan kekuatan masing-masing. “Saya sendiri yang memilih untuk tidak berteman. Mereka semua membosankan dan tidak tulus. Saya juga tidak akan menjadi pribadi sinis. Saya masih punya harapan bahwa saya akan bertemu sahabat sejati saya, suatu saat nanti.”

Vortigrn bingung saat keduanya terpaku dan menatap dirinya dengan mata berkaca-kaca.

“Aduh, Vortie ini!” Cliod langsung menarik Vortigrn ke dadanya yang dipenuhi rambut. “Sekarang aku tahu kenapa Allaric-rion yang alergi pada hubungan itu bisa jatuh cinta padamu pada pandangan pertama.”

“Hush! Yang kau bicarakan itu pimpinan kita, Cliod!” dengus Hidias. Vortigrn menyerengit heran saat memandangi wajah lembut Hidias dari lebatnya rambut dada Cliod. Memangnya apa sih, yang sudah ia lakukan?

“Memangnya ada apa denganku, Hidias?”

Sebuah suara berkarisma yang berat dan dalam memenuhi udara. Cliod dan Hidias menegakkan diri dan memberi hormat pada sosok luar biasa yang baru saja muncul di ujung lorong tempat mereka berada. Cent’Rion Allaric berdiri disana, diiringi dua pengawalnya yang terpercaya.

Lon Rion!” (Jenderalku!)

Vortigrn menatap ayahnya dengan mata berbinar-binar. Siang itu ayahnya terlihat luar biasa mengesankan dalam seragam militernya yang indah, armor yang terbuat dari campuran berlian dan logam tersolid. Jubahnya yang terbuat dari jalinan benang perak dan serat laba-laba tersampir indah di bahunya.

Namun terlepas dari seragam yang selalu menarik untuk diperhatikan itu, bagian paling luar biasa dari ayahnya justru wajah dan kepribadiannya itu sendiri. Ayah Vortigrn sangat tampan, nyaris mustahil membayangkan ada manusia dengan ketampanan membius seperti dirinya. Rambut keemasan terang berkilau, mata biru yang dalam, dan tubuh yang sempurna. Charisma kuat yang menguasai detak jantung, wibawa yang menekan nafas saat menyadari kehadirannya, dan sosoknya yang menguasai namun menyenangkan seperti pemurni udara.

“Kabur lagi dari istana bagian Selatan, Vortigrn?” sapa ayahnya sembari mengulurkan tangan. Vortigrn melompat ke pelukan ayahnya dan berteger nyaman di dada bidang namun dingin karena balutan berlian itu.

“Maafkan saya, Ayah.” Lirih Vortigrn. Tentu saja ia tak pernah mencari-cari alasan untuk ‘selamat’ di hadapan sosok mengesankan ini.

“Padahal, jika saja kau tetap berada di kamarmu dan mendengarkan Pengasuhmu, kau pasti sudah siap untuk ikut dengan ayah dalam perjalanan kali ini, Vortigrn. Keisenganmu telah menunda perjalanan kita.” Ucap ayahnya geli.

“Apa??” Vortigrn tersentak kaget. “Ayah mengajak saya untuk ikut berpergian!?” bocah itu ternganga hebat. “Tidak mungkin! Hukum melarang semua ethruscan[iii] seperti saya keluar dari strapies—untuk keselamatan nyawa kami sendiri!”

Suara derai tawa dari lelaki-lelaki itu memantul di seluruh dinding.

"Jadi sebenarnya selama ini kau belajar, ya, Vortie?" tawa Cliod.

"Kau meremehkan Vortigrn, Cliod." Dengus Hidias. "Guru Vortigrn memberitahuku bahwa ia telah menghafalkan semua hukum ethruscan dan argonts hanya dalam dua bulan, hingga ke titik dan komanya."

Ayah Vortigrn menatap dalam puteranya yang masih terpana.

“Kembalilah ke kamarmu. Jika kau tidak berada di ruanganku dalam sepuluh menit, ayah anggap kau tidak tertarik dengan kemurah-hatian ayah kali ini, Vortigrn.”

Tanpa menunggu sedetikpun, kaki Vortigrn telah kembali menapaki lorong-lorong Knossos secepat yang ia mampu.

CERITA SEBELUMNYA : (Part 2)
CERITA SELANJUTNYA : (Part 4)


[i] -uen atau Fruen. Tuan Muda. sapaan bagi anak lelaki kaum bangsawan.
[ii] -eth atau Etheldu. Tuan/Bapak. Sapaan hormat bagi lelaki yang lebih tua atau lebih tinggi pangkatnya.
[iii] Ethruscan. Rakyat biasa. Mereka yang bukan anggota militer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daisypath Anniversary tickers