(Negeri Lampau Rusia)
Nroa 13th 525 Hersten[iii]
Lelaki itu
mengulurkan tangannya dan mengusap tumpukan salju bewarna merah. Badai salju
dan hamburan angin masih menggigit, namun aroma amis darah—baik manusia ataupun
ghawren[iv]—terasa
lebih menyesakkan saluran pernafasannya. Ia berdiri di atas tumpukan
puing-puing bersimbah darah yang mulai tertimbun salju, mereka yang tersisa
dari markas persembunyian yang tadinya menjadi rumah bagi sekitar 20 ribu
manusia. Tubuh yang sempurna bagai pahatan patung Yunani itu gemetar karena gelora
emosinya, bukan karena dingin yang mematikan di tanah Siberia.
Semua
makhluk yang memiliki intelegensi cukup pasti dapat menebak dari pembawaan dan
penampilannya bahwa ia bukan orang biasa. Lelaki yang berdiri bergeming dalam
badai salju di tanah Rossiyskaya itu terlalu khidmat dan luar biasa untuk
menempati peran yang tak begitu penting.
Lelaki itu adalah tangan kanan dari pemimpin serta penguasa tunggal seluruh
manusia. Ia juga pemimpin dari suatu pasukan khusus, senjata biologis yang menjadi senjata utama
ras manusia, Alfprmir. Kekuatannya yang luar biasa patut disejajarkan dengan dewa. Ia
juga panglima jenderal tertinggi yang memimpin pasukannya untuk berhadapan
dengan Arippina, ghawren betina licik yang berhasil memimpin para monster buas
itu dalam suatu laskar perang demi menghancurkan ras manusia.
Namanya
adalah Allaric putra Heinrich.
Ia
bergeming, namun benaknya tak kunjung berhenti mengutuki evakuasi yang berjalan
dengan lamban karena kini, setelah ratusan tahun tinggal di strapies bawah
tanah, manusia tak lagi dapat menahan kerasnya perbedaan iklim di permukaan
bumi. Allaric mengerti untuk tidak memaksa para argonts[v]
untuk melaksanakan evakuasi sesegera mungkin setelah pertarungan tiga hari yang
mereka hadapi saat mengusir ghawren-ghawren yang meluluh-lantakkan Rossiyskaya
di saat badai salju bertiup di antara mereka. Namun penyelamatan yang berjalan
lamban berarti kematian bagi mereka yang terkubur di bawah sana.
Sesuatu
mendenging nyaris tak terdengar di dekat Allaric, menyita pikiran-pikiran yang
membebaninya untuk sementara. Bentuknya tak begitu jelas dalam semburan badai
salju, namun Allaric yakin benda itu adalah avaerop jenis terbaru yang khusus
diciptakan para maghi[vi]
untuk Spionasr—pasukan mata-mata Kerajaan.
Avaerop itu
mendarat kasar, dan seseorang turun darinya, menyebabkan salju yang ia pijak
mendesis menyedihkan saat sepatu lars menghujam ke ketebalannya. Allaric
mengenali pemiliknya dari suara berat yang ditimbulkannya, bahwa orang itu
pastilah Sbin, komandan pasukan Spionasr.
“Lon adrha,
Cent’rion[vii]
Allaric.” (saya menghadap, Cent’rion Allaric) sebuah suara dengan susah payah
mengalahkan gemuruh angin.
Allaric mengarahkan
acuh mata cokelat beningnya pada sosok kekar dengan wajah sebeku stalagtit itu.
Allaric memerhatikan tangan kanan Sbin
yang mencengkram sesuatu yang tampaknya sisa-sisa dari lengan seorang wanita.
“Laporan
keadaan, Sbin?” tanya Allaric dengan suara sesepi angin.
“Lon Rion, 1970
jiwa dilaporkan tewas, 5023 dilaporkan hilang, dan lebih dari setengah warga
Rossiyskaya yang selamat terpaksa di eksekusi karena terinfeksi ghawren.” Sbin
mengucapkannya dengan kedataran emosinya. “Vhina du Lazarus, Lon Rion, mencoba melarikan diri dengan avaeropnya. Itu
sebabnya kami..." ia tak melanjutkan kata-katanya, namun Allaric sangat
mengerti seperti apa pasukan Spionasr hingga tak bertanya lagi. Lagipula, ia
merasa kekejaman yang diterima wanita itu belum cukup pantas untuk membayar
perbuatan kejinya.
Allaric
menggeram murka di dalam hatinya. Vhina, wanita yang menyebabkan semua bencana
ini. Sebagai seorang Lazarus[viii],
hanya dia yang dapat membuka gerbang rahasia penghubung strapies dengan
permukaan bumi. Kekuasaan khusus itu juga yang ia gunakan untuk menghancurkan
Rossiyskaya dengan mengundang ribuan monster ghawren untuk bebas memasuki
strapies. Wanita yang gila karena putera tertuanya yang terinfeksi monster
Arippina itu membalas dendam pada takdir yang telah menghancurkannya dengan
membunuh lebih dari 10 ribu manusia tak bersalah.
"Siapa
lagi yang berada di dalam avaerop itu?" tanya Allaric lagi.
"Keluarganya
yang tersisa, Lon Rion.” Jawab Sbin, gagal menyembunyikan antusiasme di dalam
suara esnya. “Kini mereka semua dalam penahanan dan tengah menunggu perintah
anda, Lon Rion.”
Allaric
menutup kelopak matanya dan ingatan akan potongan-potongan tubuh yang menyebar
bersama reruntuhan, mayat ibu dan anak yang berpelukan, sisa-sisa bayi yang
tercabik-cabik, lelaki yang melindungi rumahnya dengan taruhan nyawa, dan satu
lagi rumah yang kini telah hancur, membanjiri Allaric. Ia tak langsung
menjawab. Lelaki itu membiarkan angin hyperborean yang tak pernah bisa ia
nikmati membelai kulitnya yang pucat.
“Jika Vhina
terbukti bersalah, Sbin.” Sahut Allaric dingin. “Aku menyerahkan wewenang
keluarga itu padamu.”
Lelaki
dengan kulit gelap itu tak menahan senyuman liciknya. “Tentu saja, Yang Mulia.
Akan saya pastikan mereka semua berguna jika Vhina memang terlibat dan terbukti
bersalah.” Ia menghormat sebelum melangkah mundur. “Hoevh ar ithoria sha knossoserha, Lon Rion.” (semoga kemenangan
senantiasa menaungi istana Knossos).
Allaric
melompat ke tonjolan baja di bawahnya bertepatan dengan menghilangnya Sbin dan
avaeroph G37-nya. Allaric menyusuri reruntuhan di sekitarnya dan berusaha
mematikan hatinya agar ia bisa berfikir jernih. Di sekelilingnya, para maghi
dan Argonts yang tengah melaksanakan evakuasi menyingkir untuk menghormat dan
memberi jalan. Allaric bahkan tak begitu mendengarkan sapaan-sapaan itu. Kehilangan
satu strapies dan pengkhianatan dari seorang Lazarus merupakan pukulan yang
berat bagi dirinya.
Allaric
terus berjalan tanpa tujuan hingga tiba-tiba saja terdengar suara tangisan yang
membuatnya membeku.
Ia mengedarkan
pandangan ke sekeliling, namun manusia yang berada paling dekat dengan dirinya
hanyalah seorang Terrcote (letnan) muda yang tengah sibuk mengendalikan
avaerop-nya untuk memindahkan reruntuhan. Hanya butuh beberapa detik sebelum Allaric
menyadari bahwa tangisan itu berasal dari bawah kakinya, tertimbun
potongan-potongan raksasa baja dan logam yang berlumuran darah.
Dan Allaric
memulai prosesnya.
Rasanya
masih sangat menyakitkan saat ia memerintahkan otaknya untuk mengubah susunan
DNA-nya, memaksa seluruh sel di tubuhnya untuk mengikuti rangsangan hormon
buatan yang tertanam di medulla oblongatanya. Allaric menyaksikan sel-sel itu
menggelegak, menyatu dan berubah ukuran, mengubah fungsi dan menjalin,
membentuk sosok lain yang jauh dari ciri-ciri Homo sapiens.
Kulit
Allaric menggelegak membentuk semacam lapisan keras, armor yang ribuan kali
lebih kuat dari armornya sendiri. Setiap inci dari kulit (jika masih bisa
disebut begitu) itu dipenuhi duri sepanjang beberapa millimeter. Tulang
punggung Allaric berderak memproduksi tulang-tulang ekstra, membentuk rentangan
baru kerangka dan otot besar di punggungnya, yang menjalin menjadi suatu
membrane tipis yang mirip dengan sayap kelelawar.
Allaric
mengerang saat wujud Alfprimrnya telah sempurna.
Tanpa
menunggu Allaric mengerahkan kekuatan barunya, mengkonsentrasikan tiap sel-sel penguasa
partikel yang berada dalam ‘visiun’nya untuk mengikuti keinginannya. Allaric
merasa dirinya seperti ditarik keluar dari raganya saat upaya itu meminta
kekuatannya dalam jumlah besar. Allaric berusaha bertahan namun tak urung
memekik pelan bersamaan dengan terangkatnya potongan-potongan baja raksasa—yang
beratnya mencapai ratusan ton—ke udara.
Dunia mulai
berputar dalam warna, namun Allaric tahu ia harus bertahan, untuk bocah itu dan
dirinya sendiri.
Allaric
menyadari orang-orang telah berkumpul di sekelilingnya, mengagumi tanah dan
baja yang tengah terangkat ke angkasa itu. Begitu banyaknya pasir, tanah, dan
logam yang berbaur di udara membuat langit kehilangan cahayanya untuk beberapa
saat. Lalu, hanya dalam kedipan mata, seluruh partikel itu menghilang, lenyap
begitu saja dari udara. Mereka menjerit-jerit kagum dan terperangah, sementara
Allaric mulai merasakan aliran darah hangat memenuhi rongga hidungnya.
“Lon Rion!”
jerit seseorang. Ia merasakan orang itu menyentuh pundaknya. Butuh waktu bagi
Allaric untuk menyadari bahwa orang itu adalah Hidias, salah satu anggota
Alfprimr yang menguasai Partikel Mineral dan Logam. “Biarkan saya membantu
anda, Lon Rion.”
Allaric
mengingat bahwa lelaki itu baru saja terbangun dari koma selama 3 hari karena
memaksa menimbun semua ghawren yang tersisa ke dalam tumpukan tinggi material
tanah hingga ia menciptakan sebuah gunung kemerahan saat selesai. Kekuatan Alfprimr
memang tampak luar biasa, namun sesungguhnya sangat lemah dan memiliki banyak
kekurangan. Dengan getir Allaric menyadari ini sepenuhnya di saat ia nyaris
kehabisan tenaga.
“Aku masih
mampu, Hidias.” Geram Allaric, menajamkan fokusnya.
Dan
akhirnya, sosok demi sosok bermunculan di balik baja. Allaric mensejajarkan
mereka yang telah menjadi mayat ke tepi, namun ia menghantarkan sebuah sosok
kecil dan mungil ke arahnya. Diawasi oleh ratusan prajurit dan ilmuwannya yang
takjub, Allaric membuka lengannya dan membiarkan sosok itu terhantar ke dalam
dekapannya.
Perlahan,
hormon dari kelenjar khusus itu menarik pengaruhnya hingga Allaric kembali pada
sosok manusianya.
Seorang
bocah dengan rambut abu-abu yang lengket oleh darah memandang Allaric dengan
bola matanya yang biru-kelabu. Bocah itulah yang menangis dengan suara luar
biasa keras, namun saat berada dalam dekapan Allaric—seakan mengerti bahwa
dirinya aman—ia tersenyum dan menutup matanya, jatuh tertidur.
Allaric
merasakan dirinya dipenuhi oleh emosi yang telah begitu lama tak ia rasakan. Matanya
memanas tanpa bisa dicegah walau ia tahu bahwa semua orang tengah memandangi
mereka. Allaric hanya tak dapat menahan laju kenangan akan seseorang yang
pernah menjadi orang terpenting dalam hidupnya. Dirinya yang satu lagi.
Snero.
Allaric gemetar karena emosi yang tiba-tiba saja melanda dirinya.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia menginginkan keberadaan seseorang
disisinya. Allaric menginginkan bocah ini sekalipun ia tahu konsekuesi sebesar
apa yang akan dihadapinya nanti. Dan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika
nanti, suatu hari, bocah ini akan mendendam pada Allaric karena telah
melimpahkan kemalangan pada dirinya, untuk terpilih dan menaut takdir yang
kejam.
‘Apa menurutmu hal itu tidak kejam, Al? menyayangi seseorang,
berusaha melindunginya sembari menyembunyikan hal terpenting namun kejam dari
dirinya?’ suara Snero memasuki alam sadar Allaric. ‘Menurutmu mana yang jauh
lebih baik, hidup dalam kebohongan, atau membiarkan kebenaran itu menghancurkan
kebahagiaan kita?’
Allaric
menahan gerung emosi itu dan kembali membuka matanya dengan suatu kepastian.
Ia
mengangkat tangannya dan mengelus kepala bocah itu, membiarkan keegoisannya
menang. “Tenanglah. Jangan khawatir. Monster-monster itu tak akan lagi bisa
menyakitimu. Ayah sudah disini. Ayah akan melindungimu…” ia terdiam sejenak.
“…Vortigrn.”
CERITA SELANJUTNYA : Alfprimr: Rise of Refheuf (Part 2)
[i]
Hyperborea adalah daerah atas
permukaan bumi
[ii]
Strapies adalah bangunan bawah tanah
dengan 7-10 lantai yang sangat luas. Satu strapies dapat menampung kira-kira
500.000 jiwa.
Ada 7 strapies yang tersembunyi di seluruh pelosok
dunia ; Ziggurat (di palung kepulauan Filiphina), Strapies Hindia, Strapies
Nihon, Strapies Rossiyskaya (Rusia), Strapies Canada, Strapies Egypt, dan
Strapies England.
[iii]
Hersten adalah tahun yang dimulai
sejak akhir abad Masehi (tahun 2112 Masehi)
[iv]Ghawren ; monster, manusia dengan DNA
yang telah termutasi hingga kehilangan intelegensi serta bersifat buas.
Menguasai daerah permukaan bumi dan berusaha melenyapkan manusia.
[v]
Argonts. Pasukan militer.
[vi]
Maghi adalah dokter, peneliti, atau
ilmuwan
[vii]
Cent’rion. Pangkat militer setara
Jenderal Besar.
[viii]
Lazarus. Perwakilan ethruscan/rakyat
sipil yang membawahi satu strapies. Pada masa ini sistem pemerintahannya
terdiri atas dua majelis. Lazarus, dewan ahli yang mewakili ethruscan, dan
Cent’Atte, Kepala Staff Militer.
Wuhuu~ Eh boleh yah Gue komentarin?
BalasHapusHmm, pertama, bahasa yg dipake ngga sederhana yah, agak susah dimengerti dalam sekali baca..
Kadang gaya tulisannya mengingatkan Gue sama novel J.R.R Tolkien, LOTR.
Nama-nama yg dipake unik juga, walau agak aneh dibacanya. Tapi, Gue rada kurang sreg sama plot, di bagian percakapan juga kurang greget.
Mungkin karena ketidaksederhanaan gaya penulisan juga nih, makanya percakapan mereka pun agak sulit untuk ditangkap maksudnya...
settingnya juga kurang jelas...
Ada beberapa kesalahan typo yg Gue temuin, kayak misalnya penggunaan imbuhan dan kata sambung "di-"
Harap diingat, kalo :
Di + kata benda = dipisah, contoh di sisinya, di lemari, di belakang.
Di + kata kerja = digabung, contoh dilaksanakan, diperjuangkan, dibawa, diajak.
Penulisan kata asing (selain nama orang atau nama benda-benda) ditulis miring. Misalnya kata2 yang ada penjelasannya di footnote, baiknya dikasih miring.
Penulisan percakapan itu begini :
"Aku mau makan," kataku (pakai koma bukan titik)
atau
"Aku mau makan." (tanpa keterangan siapa yg bicara)
atau bisa digabung :
"Ibu," panggilku, "aku lapar,Ibu."
Selebihnya udah oke... :)
huahaha gue dikritik abis-abisan. makasi yaaa :D sip, guru! mohon ajaran selanjutnya ya guru!
BalasHapusada rencana dikirim penerbit? :]
BalasHapus@abysscrawler : tentu ada :) setelah 'PR' utama diselesaikan yaitu ngebuat senjata canggihnya, mungkin bisa gue lanjutkan.
BalasHapus