sumber gambar disini |
Howla, Readers.
Ini mungkin bukan pertama kalinya gue membahas soal kisah
cinta, tapi ini adalah kali pertama gue bercerita soal kisah cinta yang diambil
dari sejarah Jepang Kuno.
Saat itu tahun keempat Jishou (1180 masehi) atau akhir zaman
Heian, dan situasi Jepang Kuno tengah bergolak dengan adanya pemberontakan demi
pemberontakan. Dan untuk mengatasi pemberontakan inilah, keluarga Hatakeyama
diperintahkan untuk memimpin pasukan ke medan perang.
Pasukan Hatakeyama di kala itu, dipimpin oleh Tuan Muda
keluarga mereka (pewaris pemimpin klan)
yang masih berumur 17 tahun—Hatakeyama Jiroushigetada.
Peperangan kali itu menjadi sangat sulit bagi Jirou, karena
selain peperangan itu merupakan perang pertamanya, ia harus memimpin pasukan
untuk memburu dan membunuh kakek kandungnya sendiri.
Dalam peperangan itulah, saat pemimpin klan Miura (kakeknya
Jirou) terdesak di kastil Kinugaki, kastil tersebut dibakar dan Jirou
menyaksikan kakek kesayangannya tewas dilahap api.
Jirou pulang dari medan perang dalam kondisi batin yang hancur
L kebayang nggak sih, di perang pertama ia harus membantai
kakeknya sendiri… walau mencoba kuat, Jirou sebenarnya begitu terpukul hingga
jatuh sakit dalam perjalanan pulang ke rumahnya.
Saat itulah ia dan rombongannya menginap di satu-satunya
penginapan yang mereka temui. Ternyata di wisma ini juga dijajakan wanita
penghibur (bukan geisha lho ya, kalo geisha kan lebih seperti ‘seniman’, tapi
wanita penghibur disini lebih pada wanita tuna susila).
Disinilah Jirou bertemu dengan Tayuu.
Saat itu memang bukan pertemuan pertama mereka. Sebelumnya,
Tayuu pernah menolong Chitose—teman sepermainan dan tunangan Jirou—saat Chitose
dan Jirou tengah berkuda. Jadi saat bertemu untuk kedua kalinya, Tayuu meledek
Jirou habis-habisan karena Tayuu merasa Jirou tidak pintar memperlakukan
perempuan.
Saat itulah Jirou perlahan mulai terbuka pada Tayuu. Dari obrolan
ngalor-ngidul, akhirnya Jirou bercerita mengenai kesusahan hatinya. Dan disaat
itulah Tayuu melihat sisi lain dari Jirou si pewaris keluarga Hatakeyama. Sekalipun
menyangkal bahwa ia menyesal telah membunuh kakeknya, Jirou akhirnya menangis
di pangkuan Tayuu semalaman.
Esok harinya, keduanya berpisah. Jirou diledek habis-habisan
oleh para pengawalnya—apalagi melihat wajah Jirou yang sudah lebih cerah
setelah bertemu Tayuu.
Namun ketenangan Jirou tidak bertahan lama. Keluarga Hatakeyama
kembali mendapat perintah untuk kembali berperang dan mundur sementara ke
markas.
Jirou begitu kalut. Ia tahu kesempatan hidupnya dan
pasukannya kecil karena kekuatan lawan saat itu begitu besar. Diam-diam, kali
ini Jirou keluar dari markas dan berkuda hingga wisma tempat Tayuu bekerja. Ia bahkan
membawakan Tayuu sekotak gincu yang dibelinya di pasar.
Tayuu dan Jirou memang tidak berhubungan fisik. Malam itu
mereka kembali mengobrol hingga larut. Jirou begitu terkesima mendapati Tayuu
yang begitu memahami kondisinya bahkan hanya dengan melihat kekalutan di
wajahnya. Sekalipun berprofesi rendah, Tayuu sesungguhnya cerdas sekaligus
bijak. Tayuu bahkan mengembalikan gincu yang dibawakan Jirou dan berjanji akan
memakainya di saat Jirou kembali dari peperangan—dengan begitu, Jirou seakan
memiliki ‘hutang’ untuk kembali dengan selamat demi memenuhi janjinya pada
Tayuu.
Jirou memang menempuh peperangan yang berat. Perlu waktu
yang cukup lama hingga akhirnya ia bisa melaksanakan janjinya untuk kembali ke
wisma Tayuu.
Disanalah, Tayuu sudah menunggunya dengan begitu resah. Bahkan
saat itu Tayuu langsung menghardik Jirou karena tak pernah memberi kabar.
Jirou tertawa, ia sebenarnya ingin menulis surat, namun ia
ragu Tayuu bisa membaca dan menulis. Saat itulah Tayuu memperlihatkan betapa
besar perhatiannya pada Jirou. Ia berkata “Ya, aku memang tak bisa membaca! Tapi
kenapa kau tidak menulis sekedar beberapa huruf saja? Aku begitu
mengkhawatirkanmu, setiap hari aku mengira kau akan mati sebagai makanan
anjing!” jerit Tayuu sembari menangis.
Malam itulah, untuk pertama kalinya sekaligus terakhir
kalinya Tayuu dan Jirou berhubungan fisik. Tayuu menggunakan gincu yang
dijanjikan Jirou, dan mereka kembali mengobrol semalaman.
Ternyata, hubungan terlarang Tayuu dan Jirou dicium oleh
ayah Jirou. Tuan Besar Hatakeyama saat itu mengingatkan bahwa Jirou sudah
bertunangan dengan Chitose. Jirou saat itu menangis. Ia menyadari bahwa dirinya
jatuh cinta pada Tayuu, namun ia sadar ia harus melupakan Tayuu.
Di sisi lain, utusan keluarga Hatakeyama datang ke wisma
Tayuu. Mereka memperingatkan agar Tayuu tak lagi mengganggu Tuan Muda-nya.
Saat itulah sembari menangis sedih, dengan mengepalkan
tangan dan menguatkan diri, Tayuu berkata bahwa dia tak pernah memandang Jirou
sebagai kekasih—karena memang itu sudah menjadi profesinya sebagai pelacur!
Namun bahkan tanpa dijelaskan, utusan keluarga Hatakeyama
tahu bahwa Tayuu begitu mencintai Jirou—begitu pula sebaliknya.
Waktu berlalu dan akhirnya Jirou menikahi Chitose. Ia melaksanakan
janjinya dengan tak pernah lagi menemui Tayuu. Bersama Chitose, Jirou
mendapatkan anak-anak yang lucu sekaligus posisi dan kekuasaan yang semakin
besar.
Sementara itu, Tayuu jatuh dalam penderitaan hebat. Tak satupun
malam yang ia lewati tanpa memimpikan Tuan Jirou-nya. Tubuhnya habis dimakan
kerinduan dan kesakitan akibat cinta yang hilang. Sementara itu, kabar mengenai
peperangan yang kembali berkobar selalu membuat Tayuu resah.
Hingga akhirnya pada suatu malam, Tayuu mencuri dengar
obrolan teman-temannya yang mengatakan bahwa wisma Hatakeyama tengah berkabung!
Tayuu begitu panik saat mendengar bahwa jenazah tuan muda sedang dalam
perjalanan pulang.
Tayuu tak lagi bertanya.
Berita itu telah menghancurkan dirinya yang memang sudah
dilemahkan penderitaan.
Ia berlari sekencang mungkin dari wisma itu. Benaknya dipenuhi
kesakitan akan kehilangan Jirou yang kedua kalinya. Jirou memenuhi benak Tayuu
tanpa celah. Dengan penuh harapan akan bisa bertemu dengan tuan Jirounya
setelah ia mati nanti, Tayuu menenggelamkan dirinya ke kedalaman danau.
Namun ternyata, berita itu tidak benar!
Yang meninggal adalah istri Jirou yaitu Chitose! Namun orang-orang
di wisma sudah terlanjur panik dan mengira jenazah yang tengah dibawa itu
adalah tuan Jirou.
Saat berita meninggalnya Tayuu sampai ke telinga Jirou,
pemuda itu begitu hancur dan bersedih. Ia meminta izin untuk melihat Tayuu
untuk yang terakhir kalinya. Keluarga Hatakeyama mengizinkan, dan berangkatlah
Jirou ke kediaman Tayuu. Disanalah ia memandang wajah jelita Tayuu untuk yang
terakhir kalinya.
Jirou tak pernah melupakan Tayuu. Ia pun mati muda karena
setelah kejatuhan Yoritomo, Houjou Tokimasa menjeratnya dengan rencana licik.
Jirou kemudian dikenal sebagai pemimpin yang berani, ksatria
yang dikagumi dari Tougoku. Namun diatas semua itu, kisah cintanya dengan Tayuu
si Pelacurlah yang membuat namanya terus didengungkan hingga saat ini.
Note : Dirangkum dari berbagai sumber
Note : Dirangkum dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar