(Strapies Eridhu)
Janr 7th 528 Hersten
Reshius
membuka matanya dan memandang ke depan melalui EyGo—masker udara—nya, ke sosok
samar bangunan megah yang menempel di dinding palung terdalam di dunia,
Strapies Eridhu, pusat dari peradaban manusia yang tertinggal.
Seperti
biasa, Octopian akan mengambil jarak aman dari jangkauan radar dan membiarkan
Reshius berenang menjauhi dirinya. Bocah berumur 8 tahun itu mengeluarkan
semacam jalinan syaraf yang ia injeksikan ke seekor ikan lautan dalam yang
lewat di sekitar tempat itu. Dengan cara itulah Reshius dapat mengkamuflasekan
dirinya dari radar Eridhu yang mengganggu.
Setelah
mengucapkan selamat tinggal pada Octopian yang mendengking-dengking kesepian, Reshius
dan si ikan yang kebingungan berenang mendekati strapies Eridhu. Octopian
selalu bertingkah manja seperti itu setiap kali ritual ‘bermain’ mereka
berakhir, dan Reshius sudah terlalu lelah dan bosan membujuk. Jadi, kali ini ia
membiarkan Octapian yang melecut-lecutkan tentakelnya ke segala arah karena
merasa kehilangan.
Strapies Eridhu dibangun dari teknologi yang luar biasa. Bangunan ini
memperoleh energinya dari penguraian hydrogen yang tentu saja sangat melimpah
di tempat seperti ini. Dari bangunan yang bagian dalamnya bersimbah cahaya itu,
sungguh heran mendapati begitu sedikit dan muramnya cahaya yang berhasil lolos
ke bagian luarnya. Tentu saja, sedikit cahaya saja akan menjadi matahari kecil di
bagian laut terdalam ini.
Ikan itu
mengantar Reshius ke sebuah tingkap rahasia. Pintu keluar yang tak sengaja
ditemukan si bocah setelah berbulan-bulan menyusuri data demi data, garis demi
garis dari rancangan mahakarya bangunan luar biasa itu. Mustahil bagi ethruscan
untuk dapat pergi keluar dari Eridhu tanpa melewati soutarn[ii]
yang letaknya tepat di sekeliling satu-satunya jalan keluar ‘resmi’ Eridhu,
Isthgate. Itu sebabnya bagi Reshius, penemuannya atas tingkap ini adalah sebuah
anugrah.
Reshius
melepaskan si ikan dan memanjat masuk ke dalam tingkap. Dalam sekejap, ia sudah
kembali berada di dalam bangunan yang hangat dan kering. Seperti biasa, Reshius
melepas pakaiannya yang basah dan menjejalkannya secepat mungkin ke dalam
kantong yang telah ia persiapkan, menggunakan baju ganti, lalu memanjat keluar
dari ceruk di depan tingkat itu.
Ceruk itu
berhubungan dengan saluran panjang pembuangan sampah. Itu sebabnya Reshius
harus sangat berhati-hati agar bajunya tidak terlalu kotor dan berbau. Jika ia
gagal, konsekuesi yang paling berbahaya adalah ayah angkatnya, Homer, bisa
menebak aktivitas ilegalnya ini. Walaupun berbahaya dan menyebalkan, saluran
sampah ini adalah rute teraman untuk dapat tiba di stalae yang menjadi
rumahnya, dalam waktu singkat.
Ia hanya
membutuhkan beberapa menit untuk memanjat dan menemukan saluran mana yang menuju
stalae. Reshius tiba di pintu yang telah ditandai, dan melompat ke dapur
ruangan pribadi ia dan ayah angkatnya di bagian stalae. Bocah itu tersenyum di
dalam hati saat menyadari bahwa misinya kali ini juga berhasil. Setidaknya
hanya sejumput serat Gruel yang menempel di kerah bajunya.
“Resh?”
Rasanya
seperti darah di nadinya tersirap hanya dalam kedipan mata.
Reshius
berbalik dan menemukan sosok Homer, lelaki kekar yang kini duduk tak berdaya
diatas kursi terbangnya. Reshius menelan ludah kegugupannya. Sejak kapan Homer
berada disana? Apa ia menyaksikan Reshius keluar dari tingkap pembuangan
sampah?
“Sedang
apa?”
Sial, sebenarnya ia melihat bagian yang mana? “Aku
berniat membuat secangkir cokelat hangat, Ayah. Aku agak mengantuk dan
buku-buku yang Ayah berikan kali ini cukup sulit dimengerti.” Jawab Reshius
datar, berusaha agar emosinya tak terlihat.
“Oh.” Sahut
Homer cuek. “buatkan dua, kalau begitu, Resh. Dan temui aku di meja belajar setelahnya. Aku ingin tahu kau benar-benar
membaca buku-buku yang kuberikan hari ini." Tambah ayahnya sembari menepuk
lengan Reshius dan pergi dengan kursi terbangnya. Bocah itu menyerengit
mendengar kata-kata itu. Nada bicara Homer sih, biasa saja. Tapi siapa yang
tahu jika kalimat itu mengandung konotasinya sendiri?
Ini berarti
dia tahu atau tidak, sih? Geram Reshius
penasaran. Tentu saja ia menyayangi Homer. Lelaki itulah yang menyelamatkan
Reshius dan membesarkannya sebagai anak sendiri selama 3 tahun ini. Namun terkadang lelaki itu terlalu sulit untuk dimengerti seperti saat ini.
Dan tak jarang, Reshius yang juga tak dapat bertanya, harus mendongkol di dalam
hati. Ia tak pernah merasa nyaman dengan kemungkinan rahasianya yang diketahui
Homer.
Mendumel, Reshius tak memiliki pilihan lain selain menuruti Homer dan
membuat dua cangkit cokelat panas. Bukan cokelat yang sesungguhnya, tentu saja.
Karena manusia selalu mengalami kesulitan pangan saat berada di bawah tanah,
nyaris seluruh makanan dibuat dari serat Gruel, semacam tumbuhan yang tidak
memerlukan sinar matahari dan tanah untuk dapat tumbuh, disempurnakan oleh
permainan larutan kimia.
Reshius meletakkan kedua cangkir itu di atas ‘meja belajarnya’ di tepi
ruangan Stalae yang luas. Sembari mengawasi Homer yang tengah memberikan
petunjuk pada dua orang pengunjung, Reshius ‘mengingat ulang’ seluruh informasi
yang ia baca dari buku Homer. Ia berbohong saat mengatakan bahwa ia kesulitan memahami buku-buku
itu. Homer terlalu meremehkan kemampuan otaknya untuk mengingat.
“Jadi,
Resh.” Sahut Homer sembari meraih cangkirnya. “Mari kita mulai. Aku memilih ‘Sejarah Masa Lampau’ karangan Thpe untuk
pembukaan. Apa saja yang kau ingat dari buku itu?"
Reshius menarik nafas sedikit sebelum memulai. "Dulu, pada masa-masa
yang saat ini kita sebut Masa Lampau, manusia hidup di atas permukaan bumi.
Kita membangun peradaban yang sangat maju. Kota-kota besar, pabrik serta
industrinya yang luar biasa, dan teknologi yang mencengangkan.
"Namun pada akhirnya teknologi itu sendiri yang menghancurkan kita. Di
akhir tahun 2012, salah satu labotorium yang tengah meneliti mengenai senjata
berkas partikel meledak dan meradiasi daerah pemukiman seluas 15 mil. George
Ergasten adalah ilmuwan yang bertanggung jawab atas musibah ini. Dari radiasi
ini, timbul DNA-DNA yang termutasi, menciptakan predator yang paling berbahaya
bagi kelangsungan ras manusia.
"Selama sekitar 40 tahun pertama, keberadaan ras baru ini
disembunyikan. Makhluk-makhluk buas ini dikumpulkan untuk dikarantina. Peradaban
manusia masih berjalan dengan nyaman, hingga di suatu sore tanggal 06 Juli
2057, ras baru yang disebut ghawren ini berhasil melarikan diri dari tempat
karantina dan menyebarkan infeksi ke dunia luar.
“Ghawren memiliki
daya fisik yang luar biasa sebagai monster. Bahkan bom hydrogen terbukti tak
mampu melenyapkan ras yang terus berkembang, memangsa manusia ini. Seluruh
Negara di dunia telah bersatu untuk menghadapi peristiwa paling besar selama
peradaban manusia ini, namun gagal untuk menahan agresinya.
“Peradaban
manusia mengalami kemunduran signifikan. Tahun 2112 ditetapkan sebagai akhir
dari abad Masehi. Kita akhirnya memulai tahun-tahun kegelapan, atau Hersten.
Kota-kota hancur, industri runtuh, dan jumlah manusia terus menyusut. Manusia
dan ghawren terlibat pertarungan panjang untuk saling mempertahankan eksistensi
masing-masing, hingga hari ini.” Reshius mengakhirinya dengan penutupan yang
sempurna
Senyuman
yang sangat jarang terlihat menghiasi wajah Homer yang mengerikan karena
bekas-bekas luka yang sangat parah.
“Wah, wah,
Resh. Itu bagus sekali. Kau bahkan menceritakannya dengan bahasamu sendiri.”
Puji Homer. “Nah, sekarang bisa kau ceritakan apa saja yang kau dapatkan dari
‘Peradaban Baru, Tahun-tahun awal Hersten’ karangan Beshr?”
“Buku Beshr
kurang menegangkan, Ayah. Data yang disajikan hanya berkisar mengenai kehidupan
sosial dan kebudayaan manusia setelah tinggal di satrapies (gedung bawah
tanah). Aku lebih menyukai ‘Cahaya sang Adadnr’ karangan Dwien. Boleh dimulai
dari yang itu saja?” pinta Reshius, yang entah sejak kapan mulai antusias.
“Baiklah,
ayah setuju. Jadi, apa saja yang berhasil kau peroleh dari ‘Cahaya sang Adadnr’
ini?” tanya Homer sembari tersenyum. Sejak ia mengadopsi Reshius 3 tahun yang
lalu, satu-satunya hal yang bisa membuat bocah itu bicara panjang-lebar
hanyalah mereka yang menyangkut ilmu pengetahuan. Bahkan hingga saat ini,
Reshius tak pernah menceritakan mengenai masa lalunya.
Tidak
penting, menurut Homer. Ia hanya ingin memberikan Reshius kasih sayang, segenap
rasa cinta yang ingin ia berikan pada putranya yang telah meninggal.
Bagaimanapun Reshius adalah anaknya, dan bocah itu juga memerlukan Homer.
“Dwien
memulai bukunya dengan penuturan mengenai latar belakang Arss’al…”
“…seharusnya
kamu memanggilnya Adadnr (raja agung) Arss’al, Resh.” Tegur Homer.
Reshius
menatap dalam dan tajam Homer sebelum menyetujui. “sang Adadnr lahir di
tahun-tahun terburuk, tepatnya 92 Hersten. Sang Adadnr adalah pahlawan yang
berhasil menyatukan kekuatan seluruh manusia yang tersisa. Ia melakukan
perjalanan berani—namun gila—berkeliling dunia yang dipenuhi ghawren untuk
memberi kabar bagi mereka yang masih hidup, bersembunyi, dan sekarat di
celah-celah yang ada.
“Tahun 110
Hersten, sang Adadnr menemukan kunci untuk membuka peradaban manusia yang baru.
ia menemukan Miklagard dan bangsa Miklaers yang menghuninya. Mereka adalah
manusia yang terisolasi dan berhasil mempertahankan apa yang tersisa dari
peradaban manusia. Sang Adadnr, dibantu oleh para Miklaers, membangun peradaban
baru serta mengembangkan senjata pembelaan diri.
“Tahun 113
Hersten, strapies pertama, Eridhu dibangun, disusul 6 strapies lainnya. Manusia
mulai menempati tempat-tempat yang aman ini dan memperbaiki hidup mereka.
Arss’al dinobatkan menjadi Adadnr dan memilih Dhirn (Ratu Agung) Cayceline
sebagai pendamping. Anak keduanya, Heinrich, adalah maghi yang luar biasa.
“Sayangnya,
Heinrich menikah dengan wanita congkak dengan hati buruk bernama Arippina.
Mereka dikaruniai sepasang putra kembar, Allaric dan Snero. Tahun 161 Hersten,
saat si kembar berusia 9 tahun, Arippina terinfeksi ghawren. Ramuan yang diberikan
Heinrich berhasil mempertahankan intelegensinya, namun Arippina yang murka
karena tak dapat kembali menjadi manusia, membunuh Heinrich dan mendirikan
pasukan ghawrennya untuk membinasakan semua manusia.
“Arippina
menjadi ancaman luar biasa untuk peradaban baru manusia. Harapan untuk
memusnahkan seluruh ghawren dari muka bumi, yang tadinya sudah begitu dekat,
semakin menjauh dengan bertambahnya kekuatan Arippina. Di lain pihak, kematian
Dhirn Cayceline melumpuhkan sang Adadnr dalam kesedihan yang panjang.
“Keadaan
bertambah parah saat Snero, putra Arippina dan saudara kembar Allaric, juga
terinfeksi ghawren dan memutuskan untuk bergabung di sisi ibunya. Kekuatan luar
biasa yang dimiliki Snero menjadi penyeimbang diantara kekuatan pihak manusia
dan ghawren. Snero si Pengkhianatlah yang bertanggung jawab atas kehancuran
strapies Canada dan Rossiyskaya, serta tewasnya ribuan manusia.” Reshius
mengakhiri.
“…kau lupa
menyinggung mengenai sejarah penting mengenai Alfprimr, Resh.” Potong Homer
mengingatkan. Ia mengerutkan kening saat menatap ekspresi berat tak terbaca di
wajah bocah itu. Dan sekali lagi Homer gagal mengartikan kegelapan yang
menyergap kedalaman mata Reshius.
“Maaf,
Ayah.” Gumamnya kemudian, setelah jeda yang penuh arti. “Saat sang Adadnr
menemukan Eridhu, ia juga menemukan Atlanite. Kristal dengan warna putih paling
murni ini diyakini sebagai peninggalan bangsa Atlantis yang tenggelam ribuan
tahun lalu. Penelitian atas Atlanite membuka pengetahuan mengenai Alfprimr.
“Kandungan
mineral dalam Atlanite menjadi komponen utama dalam pembuatan organ yang
ditanam di medulla oblongata penggunanya. Organ ini akan memaksa susunan DNA di
seluruh sel tubuh manusia mengubah diri. Lebih hebatnya, sel-sel yang telah
berubah mampu mensinergikan diri mereka dengan kekuatan unsur alam. Alfprimr
menjadi setara dengan dewa karena kekuatannya untuk menguasai api, air, angin,
mineral tanah, sel listrik, pelenyapan materi dan pembekuan materi.
“Namun, saat
realisasinya, diketahui bahwa tidak semua manusia bisa menerima organ yang
mampu mengubah susunan DNA ini. Mereka yang tak mampu menahan perubahan ini
akhirnya malah berubah menjadi sosok monster yang lebih mengerikan dari
ghawren.
“Hingga kini
hanya ada 5 manusia yang berhasil menerima organ Atlanite itu dan menjadi bagian
dari Alfprimr. Allaric sang Pelenyap Materi, Mikhoatl sang Penguasa Angin,
Hidias sang Penguasa Mineral Tanah, Aychen sang Penguasa Pembekuan Materi,
Teninazuma sang Penguasa Petir, dan....” Homer memerhatikan otot rahang Reshius
yang berkedut. “Snero si Pengkhianat, Penguasa Api. Anggota Alfprimr yang
terakhir, sang Penguasa Air, masih belum ditemukan.” Reshius mengakhiri.
Homer
bertepuk tangan dan tertawa lepas.
“Luar biasa!
Kau benar-benar pantas menjadi putra penjaga stalae, Resh!” tawa Homer.
"Untuk anak seumuranmu, kecepatanmu dalam memahami sesuatu benar-benar
luar biasa!” puji Homer dengan mata berbinar-binar. “Baiklah, ada yang ingin
kau tanyakan, anakku?”
“Aku tidak
mengerti, Ayah. Saat ini harapan hidup manusia rata-rata hanya berkisar di usia
41 tahun, tapi Arss’al…ehm, sang Adadnr dan kedua Cent’Rion (Allaric dan Snero)
jika dihitung-hitung, kurang lebih telah hidup selama 400 tahun!”
“Itu, Resh,
adalah efek sampingan yang diduga timbul dari implantasi organ Atlanite.
Seluruh anggota Alfprimr juga berhenti bertambah tua dan dapat hidup dalam
waktu yang lama.” Jelas Homer.
“Monster.”
Desis Reshius.
Tertegun
karena tak sengaja mengeluarkan kata-kata yang ada di pikirannya, dengan cepat
Reshius melirik ekspresi Homer. Semua manusia di muka bumi menganggap Alfprimr
sebagai tongkat harapan dan kunci penyelamatan mereka. Namun bagi Reshius, ia
pribadi menganggap kekuatan yang aneh itu lebih pada kutukan. Lagipula, hidup
selama berabad-abad? Yang benar saja! Umurnya baru 8 tahun, tapi ia bahkan sudah
merencanakan hidup sesingkat mungkin setelah berhasil mencapai tujuan utamanya.
Anehnya,
ekspresi Homer begitu datar. Ia hanya memandang lurus pada Reshius, seakan
mempertimbangkan.
“Ya, memang
bukanlah suatu hal yang wajar untuk manusia dapat menguasai alam, hidup dalam
waktu lama, dan memiliki kekuatan yang sangat mengerikan seperti itu.” Homer
berkata mengejutkan. “Tapi pasukan Alfprimr menjalaninya demi keselamatan kita
semua, Resh. Mereka tetap patut dijunjung.”
Tidak ingin
memicu konflik lainnya jika ia melanjutkan perdebatan ini, Reshius hanya
mengangguk pelan.
“Baiklah,
pelajaran hari ini cukup sampai disini.” Sahut Homer sembari menepuk lengan
Reshius dengan sayang. “Pergilah tidur, Resh, jika kau masih mengantuk.”
Reshius
mengangguk dan bergerak untuk membereskan meja belajarnya, menyusun
buku-bukunya, dan mengangkat gelas yang kotor ke dapur untuk dicuci. Bocah itu
baru melangkahkan kakinya beberapa meter saat tiba-tiba saja suara dan
kata-kata Homer menyengatnya.
“Oh ya Resh,
ngomong-ngomong, baju basahmu letakkan saja diatas mesin cuci. Ayah akan
mencuci sebentar lagi. Dan lepaskan yang itu juga, kau bisa sakit jika pergi
tidur dengan sampah menempel di kerah baju.”
Degg…
CERITA SEBELUMNYA : (Part 4)
CERITA SELANJUTNYA: (Part 6)
cerita misteri. panjang banget, sampe capek mata saya, mba.
BalasHapuskoemntar gak langsung muncul toh. entar dah balik ke sini
BalasHapuseh langsung muncul toh. sebelum koemntar di atas ini saya komentar loh. saya bilang kalo saya suka cerita misteri, dsb.
BalasHapuseh langsung muncul toh. sebelum koemntar di atas ini saya komentar loh. saya bilang kalo saya suka cerita misteri, dsb.
BalasHapushuahaha. komen lo itu masuk ke spam, gan. makanya begitu gue cek jadinya ada 4 deh. ini lebih panjang lagi lho, perkenalan aja belom. wkwkwk.
BalasHapus