11 Des 2011

Alfprimr : Rise of Refheuf (Part 1)



Hyperborea[i], di atas sisa-sisa reruntuhan strapies Rossiyskaya[ii]
(Negeri Lampau Rusia)
Nroa 13th 525 Hersten[iii]

Lelaki itu mengulurkan tangannya dan mengusap tumpukan salju bewarna merah. Badai salju dan hamburan angin masih menggigit, namun aroma amis darah—baik manusia ataupun ghawren[iv]—terasa lebih menyesakkan saluran pernafasannya. Ia berdiri di atas tumpukan puing-puing bersimbah darah yang mulai tertimbun salju, mereka yang tersisa dari markas persembunyian yang tadinya menjadi rumah bagi sekitar 20 ribu manusia. Tubuh yang sempurna bagai pahatan patung Yunani itu gemetar karena gelora emosinya, bukan karena dingin yang mematikan di tanah Siberia.

Semua makhluk yang memiliki intelegensi cukup pasti dapat menebak dari pembawaan dan penampilannya bahwa ia bukan orang biasa. Lelaki yang berdiri bergeming dalam badai salju di tanah Rossiyskaya itu terlalu khidmat dan luar biasa untuk menempati peran yang tak begitu penting.

Lelaki itu adalah tangan kanan dari pemimpin serta penguasa tunggal seluruh manusia. Ia juga pemimpin dari suatu pasukan khusus,  senjata biologis yang menjadi senjata utama ras manusia, Alfprmir. Kekuatannya yang luar biasa patut disejajarkan dengan dewa. Ia juga panglima jenderal tertinggi yang memimpin pasukannya untuk berhadapan dengan Arippina, ghawren betina licik yang berhasil memimpin para monster buas itu dalam suatu laskar perang demi menghancurkan ras manusia.


Namanya adalah Allaric putra Heinrich.

Ia bergeming, namun benaknya tak kunjung berhenti mengutuki evakuasi yang berjalan dengan lamban karena kini, setelah ratusan tahun tinggal di strapies bawah tanah, manusia tak lagi dapat menahan kerasnya perbedaan iklim di permukaan bumi. Allaric mengerti untuk tidak memaksa para argonts[v] untuk melaksanakan evakuasi sesegera mungkin setelah pertarungan tiga hari yang mereka hadapi saat mengusir ghawren-ghawren yang meluluh-lantakkan Rossiyskaya di saat badai salju bertiup di antara mereka. Namun penyelamatan yang berjalan lamban berarti kematian bagi mereka yang terkubur di bawah sana.

Sesuatu mendenging nyaris tak terdengar di dekat Allaric, menyita pikiran-pikiran yang membebaninya untuk sementara. Bentuknya tak begitu jelas dalam semburan badai salju, namun Allaric yakin benda itu adalah avaerop jenis terbaru yang khusus diciptakan para maghi[vi] untuk Spionasr—pasukan mata-mata Kerajaan.

Avaerop itu mendarat kasar, dan seseorang turun darinya, menyebabkan salju yang ia pijak mendesis menyedihkan saat sepatu lars menghujam ke ketebalannya. Allaric mengenali pemiliknya dari suara berat yang ditimbulkannya, bahwa orang itu pastilah Sbin, komandan pasukan Spionasr.

“Lon adrha, Cent’rion[vii] Allaric.” (saya menghadap, Cent’rion Allaric) sebuah suara dengan susah payah mengalahkan gemuruh angin.

Allaric mengarahkan acuh mata cokelat beningnya pada sosok kekar dengan wajah sebeku stalagtit itu.  Allaric memerhatikan tangan kanan Sbin yang mencengkram sesuatu yang tampaknya sisa-sisa dari lengan seorang wanita.

“Laporan keadaan, Sbin?” tanya Allaric dengan suara sesepi angin.

“Lon Rion, 1970 jiwa dilaporkan tewas, 5023 dilaporkan hilang, dan lebih dari setengah warga Rossiyskaya yang selamat terpaksa di eksekusi karena terinfeksi ghawren.” Sbin mengucapkannya dengan kedataran emosinya. “Vhina du Lazarus, Lon Rion, mencoba melarikan diri dengan avaeropnya. Itu sebabnya kami..." ia tak melanjutkan kata-katanya, namun Allaric sangat mengerti seperti apa pasukan Spionasr hingga tak bertanya lagi. Lagipula, ia merasa kekejaman yang diterima wanita itu belum cukup pantas untuk membayar perbuatan kejinya.

Allaric menggeram murka di dalam hatinya. Vhina, wanita yang menyebabkan semua bencana ini. Sebagai seorang Lazarus[viii], hanya dia yang dapat membuka gerbang rahasia penghubung strapies dengan permukaan bumi. Kekuasaan khusus itu juga yang ia gunakan untuk menghancurkan Rossiyskaya dengan mengundang ribuan monster ghawren untuk bebas memasuki strapies. Wanita yang gila karena putera tertuanya yang terinfeksi monster Arippina itu membalas dendam pada takdir yang telah menghancurkannya dengan membunuh lebih dari 10 ribu manusia tak bersalah.

"Siapa lagi yang berada di dalam avaerop itu?" tanya Allaric lagi.

"Keluarganya yang tersisa, Lon Rion.” Jawab Sbin, gagal menyembunyikan antusiasme di dalam suara esnya. “Kini mereka semua dalam penahanan dan tengah menunggu perintah anda, Lon Rion.”

Allaric menutup kelopak matanya dan ingatan akan potongan-potongan tubuh yang menyebar bersama reruntuhan, mayat ibu dan anak yang berpelukan, sisa-sisa bayi yang tercabik-cabik, lelaki yang melindungi rumahnya dengan taruhan nyawa, dan satu lagi rumah yang kini telah hancur, membanjiri Allaric. Ia tak langsung menjawab. Lelaki itu membiarkan angin hyperborean yang tak pernah bisa ia nikmati membelai kulitnya yang pucat.

“Jika Vhina terbukti bersalah, Sbin.” Sahut Allaric dingin. “Aku menyerahkan wewenang keluarga itu padamu.”

Lelaki dengan kulit gelap itu tak menahan senyuman liciknya. “Tentu saja, Yang Mulia. Akan saya pastikan mereka semua berguna jika Vhina memang terlibat dan terbukti bersalah.” Ia menghormat sebelum melangkah mundur. “Hoevh ar ithoria sha knossoserha, Lon Rion.” (semoga kemenangan senantiasa menaungi istana Knossos).

Allaric melompat ke tonjolan baja di bawahnya bertepatan dengan menghilangnya Sbin dan avaeroph G37-nya. Allaric menyusuri reruntuhan di sekitarnya dan berusaha mematikan hatinya agar ia bisa berfikir jernih. Di sekelilingnya, para maghi dan Argonts yang tengah melaksanakan evakuasi menyingkir untuk menghormat dan memberi jalan. Allaric bahkan tak begitu mendengarkan sapaan-sapaan itu. Kehilangan satu strapies dan pengkhianatan dari seorang Lazarus merupakan pukulan yang berat bagi dirinya.

Allaric terus berjalan tanpa tujuan hingga tiba-tiba saja terdengar suara tangisan yang membuatnya membeku.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, namun manusia yang berada paling dekat dengan dirinya hanyalah seorang Terrcote (letnan) muda yang tengah sibuk mengendalikan avaerop-nya untuk memindahkan reruntuhan. Hanya butuh beberapa detik sebelum Allaric menyadari bahwa tangisan itu berasal dari bawah kakinya, tertimbun potongan-potongan raksasa baja dan logam yang berlumuran darah.

Dan Allaric memulai prosesnya.

Rasanya masih sangat menyakitkan saat ia memerintahkan otaknya untuk mengubah susunan DNA-nya, memaksa seluruh sel di tubuhnya untuk mengikuti rangsangan hormon buatan yang tertanam di medulla oblongatanya. Allaric menyaksikan sel-sel itu menggelegak, menyatu dan berubah ukuran, mengubah fungsi dan menjalin, membentuk sosok lain yang jauh dari ciri-ciri Homo sapiens.

Kulit Allaric menggelegak membentuk semacam lapisan keras, armor yang ribuan kali lebih kuat dari armornya sendiri. Setiap inci dari kulit (jika masih bisa disebut begitu) itu dipenuhi duri sepanjang beberapa millimeter. Tulang punggung Allaric berderak memproduksi tulang-tulang ekstra, membentuk rentangan baru kerangka dan otot besar di punggungnya, yang menjalin menjadi suatu membrane tipis yang mirip dengan sayap kelelawar.

Allaric mengerang saat wujud Alfprimrnya telah sempurna.

Tanpa menunggu Allaric mengerahkan kekuatan barunya, mengkonsentrasikan tiap sel-sel penguasa partikel yang berada dalam ‘visiun’nya untuk mengikuti keinginannya. Allaric merasa dirinya seperti ditarik keluar dari raganya saat upaya itu meminta kekuatannya dalam jumlah besar. Allaric berusaha bertahan namun tak urung memekik pelan bersamaan dengan terangkatnya potongan-potongan baja raksasa—yang beratnya mencapai ratusan ton—ke udara.

Dunia mulai berputar dalam warna, namun Allaric tahu ia harus bertahan, untuk bocah itu dan dirinya sendiri.

Allaric menyadari orang-orang telah berkumpul di sekelilingnya, mengagumi tanah dan baja yang tengah terangkat ke angkasa itu. Begitu banyaknya pasir, tanah, dan logam yang berbaur di udara membuat langit kehilangan cahayanya untuk beberapa saat. Lalu, hanya dalam kedipan mata, seluruh partikel itu menghilang, lenyap begitu saja dari udara. Mereka menjerit-jerit kagum dan terperangah, sementara Allaric mulai merasakan aliran darah hangat memenuhi rongga hidungnya.

“Lon Rion!” jerit seseorang. Ia merasakan orang itu menyentuh pundaknya. Butuh waktu bagi Allaric untuk menyadari bahwa orang itu adalah Hidias, salah satu anggota Alfprimr yang menguasai Partikel Mineral dan Logam. “Biarkan saya membantu anda, Lon Rion.”

Allaric mengingat bahwa lelaki itu baru saja terbangun dari koma selama 3 hari karena memaksa menimbun semua ghawren yang tersisa ke dalam tumpukan tinggi material tanah hingga ia menciptakan sebuah gunung kemerahan saat selesai. Kekuatan Alfprimr memang tampak luar biasa, namun sesungguhnya sangat lemah dan memiliki banyak kekurangan. Dengan getir Allaric menyadari ini sepenuhnya di saat ia nyaris kehabisan tenaga.

“Aku masih mampu, Hidias.” Geram Allaric, menajamkan fokusnya.

Dan akhirnya, sosok demi sosok bermunculan di balik baja. Allaric mensejajarkan mereka yang telah menjadi mayat ke tepi, namun ia menghantarkan sebuah sosok kecil dan mungil ke arahnya. Diawasi oleh ratusan prajurit dan ilmuwannya yang takjub, Allaric membuka lengannya dan membiarkan sosok itu terhantar ke dalam dekapannya.

Perlahan, hormon dari kelenjar khusus itu menarik pengaruhnya hingga Allaric kembali pada sosok manusianya.

Seorang bocah dengan rambut abu-abu yang lengket oleh darah memandang Allaric dengan bola matanya yang biru-kelabu. Bocah itulah yang menangis dengan suara luar biasa keras, namun saat berada dalam dekapan Allaric—seakan mengerti bahwa dirinya aman—ia tersenyum dan menutup matanya, jatuh tertidur.

Allaric merasakan dirinya dipenuhi oleh emosi yang telah begitu lama tak ia rasakan. Matanya memanas tanpa bisa dicegah walau ia tahu bahwa semua orang tengah memandangi mereka. Allaric hanya tak dapat menahan laju kenangan akan seseorang yang pernah menjadi orang terpenting dalam hidupnya. Dirinya yang satu lagi.

Snero.                                                          
                                                       
Allaric gemetar karena emosi yang tiba-tiba saja melanda dirinya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia menginginkan keberadaan seseorang disisinya. Allaric menginginkan bocah ini sekalipun ia tahu konsekuesi sebesar apa yang akan dihadapinya nanti. Dan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika nanti, suatu hari, bocah ini akan mendendam pada Allaric karena telah melimpahkan kemalangan pada dirinya, untuk terpilih dan menaut takdir yang kejam.

‘Apa menurutmu hal itu tidak kejam, Al? menyayangi seseorang, berusaha melindunginya sembari menyembunyikan hal terpenting namun kejam dari dirinya?’ suara Snero memasuki alam sadar Allaric. ‘Menurutmu mana yang jauh lebih baik, hidup dalam kebohongan, atau membiarkan kebenaran itu menghancurkan kebahagiaan kita?’

Allaric menahan gerung emosi itu dan kembali membuka matanya dengan suatu kepastian.

Ia mengangkat tangannya dan mengelus kepala bocah itu, membiarkan keegoisannya menang. “Tenanglah. Jangan khawatir. Monster-monster itu tak akan lagi bisa menyakitimu. Ayah sudah disini. Ayah akan melindungimu…” ia terdiam sejenak. “…Vortigrn.”


CERITA SELANJUTNYA : Alfprimr: Rise of Refheuf (Part 2)

[i] Hyperborea adalah daerah atas permukaan bumi
[ii] Strapies adalah bangunan bawah tanah dengan 7-10 lantai yang sangat luas. Satu strapies dapat menampung kira-kira 500.000 jiwa.
Ada 7 strapies yang tersembunyi di seluruh pelosok dunia ; Ziggurat (di palung kepulauan Filiphina), Strapies Hindia, Strapies Nihon, Strapies Rossiyskaya (Rusia), Strapies Canada, Strapies Egypt, dan Strapies England.
[iii] Hersten adalah tahun yang dimulai sejak akhir abad Masehi (tahun 2112 Masehi)
[iv]Ghawren ; monster, manusia dengan DNA yang telah termutasi hingga kehilangan intelegensi serta bersifat buas. Menguasai daerah permukaan bumi dan berusaha melenyapkan manusia.
[v] Argonts. Pasukan militer.
[vi] Maghi adalah dokter, peneliti, atau ilmuwan
[vii] Cent’rion. Pangkat militer setara Jenderal Besar.
[viii] Lazarus. Perwakilan ethruscan/rakyat sipil yang membawahi satu strapies. Pada masa ini sistem pemerintahannya terdiri atas dua majelis. Lazarus, dewan ahli yang mewakili ethruscan, dan Cent’Atte, Kepala  Staff Militer.

4 komentar:

  1. Wuhuu~ Eh boleh yah Gue komentarin?

    Hmm, pertama, bahasa yg dipake ngga sederhana yah, agak susah dimengerti dalam sekali baca..

    Kadang gaya tulisannya mengingatkan Gue sama novel J.R.R Tolkien, LOTR.

    Nama-nama yg dipake unik juga, walau agak aneh dibacanya. Tapi, Gue rada kurang sreg sama plot, di bagian percakapan juga kurang greget.
    Mungkin karena ketidaksederhanaan gaya penulisan juga nih, makanya percakapan mereka pun agak sulit untuk ditangkap maksudnya...

    settingnya juga kurang jelas...

    Ada beberapa kesalahan typo yg Gue temuin, kayak misalnya penggunaan imbuhan dan kata sambung "di-"

    Harap diingat, kalo :

    Di + kata benda = dipisah, contoh di sisinya, di lemari, di belakang.
    Di + kata kerja = digabung, contoh dilaksanakan, diperjuangkan, dibawa, diajak.

    Penulisan kata asing (selain nama orang atau nama benda-benda) ditulis miring. Misalnya kata2 yang ada penjelasannya di footnote, baiknya dikasih miring.

    Penulisan percakapan itu begini :

    "Aku mau makan," kataku (pakai koma bukan titik)

    atau

    "Aku mau makan." (tanpa keterangan siapa yg bicara)

    atau bisa digabung :

    "Ibu," panggilku, "aku lapar,Ibu."

    Selebihnya udah oke... :)

    BalasHapus
  2. huahaha gue dikritik abis-abisan. makasi yaaa :D sip, guru! mohon ajaran selanjutnya ya guru!

    BalasHapus
  3. ada rencana dikirim penerbit? :]

    BalasHapus
  4. @abysscrawler : tentu ada :) setelah 'PR' utama diselesaikan yaitu ngebuat senjata canggihnya, mungkin bisa gue lanjutkan.

    BalasHapus

Daisypath Anniversary tickers