sumber gambar disini |
Walau
Film buatan Thailand efeknya nggak sekeren film Hollywood atau memiliki alur
cerita seapik Korea, tapi harus gue akui, daya tarik terbesar dari Thai Movie
justru pada ke-natural-an cerita dan terkesan apa adanya.
Maksud
gue, coba aja lihat sinetron atau film kita: gaya konsumerisme nya sungguh
menonjol. Mobil mewah, rumah mewah. Jarang banget gue ngeliat film kita yang
benar-benar menggambarkan ‘masyarakat kecil’ yang walau sederhana sarat
nilai-nilai moral seperti halnya film ‘Keluarga Cemara’ (serial luar biasa ini
sendiri usut punya usut diberhentikan karena mengajarkan ‘kesederhanaan’ di
saat pemerintah ingin warganya menganut ‘konsumerisme’, ya ga sih?).
Aaargh,
udah ntar gue keterusan ngebahas isu film Indonesia dan teori Konflik. Padahal di
postingan ini kan gue mau ngebahas soal film Thai yang baru gue tonton: The
Best Times (2009). Dan seperti halnya film Thai yang lain, film ini memesona
gue dengan alur ceritanya yang sederhana dan natural banget.
Padahal,
bisa dibilang tema film ini nggak terlalu wow: cinta yang bertepuk sebelah
tangan dan kehilangan memori akibat Alzheimer. Banyak kan film yang mengangkat
tema serupa? Tapi ‘The Best Times’ mampu menghadirkan tema ini dengan ulasan
yang lebih fresh dengan humor yang nggak maksa.
Aktor
utama dalam film ini adalah seorang cowo cupu nan cute yang berprofesi sebagai
dokter hewan, Keng (Arak Amornsuparisi) yang bersahabat dengan cowo
super-ganteng (yang tampilannya mirip Justin Bieber gitu—Cuma ya tampangnya
tipe cowo yang kalo-ga-brengsek-ya-homo
gitu deh) bernama Ohm (James Alexander Mackie—oke, emang bule sih dianya) sejak
remaja.
Film
ini dibuka dengan aksi kocak Keng dan Ohm yang tertangkap polisi saat
mengendarai mobil walau tengah mabuk. Bagian cerita yang ini sempat ngebuat gue
kagum sama Thailand. Soalnya dalam film itu polisi lalu lintasnya punya alat
uji alcohol lewat nafas dan sekalipun bersalah, Keng dan Ohm bukan ‘ditilang’
yang ujung-ujungnya jadi jajan pak Polisi, tapi justru diberi sanksi ‘pelayanan
sosial’. Keng menjadi ‘guru pengajar’ di kelas computer untuk lansia dan Ohm
bekerja di semacam perpustakaan.
Nah,
disinilah bagian cerita yang menurut gue ‘sesungguhnya’ dimulai.
Di
kelas komputernya, Keng bertemu kakek tampan yang sifatnya rada bad-boy bernama
Jamrus (Krit Setthathamrong) dan seorang nenek yang kalau tersenyum maniiiis
banget bernama Sompit (Sansanee Wattanukul). Dua orang ini sama-sama duda dan
janda yang kemudian jatuh cinta dan berpacaran. Demi bertemu Sompit, Jamrus
rela menempuh puluhan kilometer dari rumahnya hanya untuk ikut kelas computer yang
sama dengan Sompit (unyuuu~u).
Sayangnya,
karena anaknya rada galak, Sompit tidak berani menceritakan hubungannya bersama
Jamrus pada anaknya. Jadi yah, Sompit dan Jamrus ini backstreet gitu dari
keluarganya Sompit (kayak remaja banget
gitu ya hahaha).
Nah,
balik ke ceritanya Keng, cowo cupu ini pernah naksir berat sama seorang cewe
saat masih remaja. Berniat menembak si cewek yang bahkan saat itu bahkan belum
dia tahu siapa namanya, Keng mengajak Ohm untuk membantunya membuat CD rekaman
berisi lagu cinta.
Taunya,
saat akan menyerahkan CD itu, Keng malah menemukan kenyataan pahit bahwa
ternyata cewek itu—Fai (Yarinda Bunnag) adalah pacar Ohm—temannya sendiri! Keng pun
mengubur cintanya dalam-dalam, termasuk saat akhirnya Fai dan Ohm menikah—hanya
untuk bercerai setahun kemudian karena Ohm ketahuan selingkuh.
Ternyata,
walaupun dia telah menyerahkan CD dan menyatakan perasaannya, taunya Fai tidak mengingat
Keng sama sekali. Wajar sih, saat itu Fai tengah dimabuk asmara pada cinta
pertamanya—Ohm, hingga dia tidak menyadari bahwa cowok yang menghadiahinya CD
sekaligus hadir di pesta pernikahannya adalah orang yang sama.
Nah,
kesempatan Keng untuk mendekati Fai muncul saat mereka sama-sama menemukan
seekor anjing yang terluka. Keng yang bekerja sebagai dokter hewan pun merawat
anjing ini, didampingi Fai yang memang dari dulu suka banget dengan hewan. Ga heran
sih, Keng sendiri juga jadi dokter hewan ya karena tahu Fai itu maniak hewan.
sumber gambar disini |
Saat
mereka bersama-sama merawat anjing itulah, keduanya mulai dekat. Ditambah lagi,
hubungan rumit yang dialami Jarmus dan Sorpit akhirnya menyeret Keng dan Fai
untuk ikut terlibat. Saat berusaha membantu Sorpit yang dilema akan pindah ke
Amerika atau tidak, dan Jarmus yang ternyata terkena Alzheimer sehingga mulai
kehilangan memorinya, Keng dan Fai terus bertambah dekat, walau Fai sendiri
masih sangat kesulitan melupakan Ohm.
So,
gimana akhirnya? Apa Sorpit beneran jadi pindah ke Amrik dan meninggalkan
Jamrus yang mulai kehilangan memorinya—atau tetap tinggal seperti janjinya? Apa
anak Sorpit mengijinkan ibunya untuk tetap tinggal di Thailand? Dan bagaimana
reaksi Ohm saat tahu bahwa cewek yang digilai Keng itu ternyata mantan
istrinya?
Cari
filmnya aja yaaa~aa hahahaha. #pastikesel
Walau
di film ini sebenarnya kisah Keng-Fai lebih ditonjolkan, gue rasa pemeran Fai
(Yarinda Bunnag) aktingnya tidak memuaskan. Dia terlihat kaku, tidak memiliki
chemistry apapun pada si Keng. Beda dengan Jarmus dan Sorpit yang walau
interaksi fisiknya nggak banyak, pancaran perasaan mereka terlihat jelas di
bola mata masing-masing.
akting
pemeran Jamrus juga pantas diacungi jempol sih, menurut gue. Ekspresinya saat
sadar bahwa cangkir kopi itu ada dua, atau saat ia memandang Sorpit, bikin
kagum.
Tapi
yang pasti, film ini memang layak tonton, walau mungkin diantara pembaca masih
ada yang pesimis bahwa film Thai itu jelek atau gimanalah, menurut gue
kualitasnya sama dengan yang Korea, walau ini jauh lebih natural.
Selamat
mencari! ^^
amankan pertamaxx dulu ahh..
BalasHapusini film baru ya sobb...artisnya keren banget
BalasHapushehe,,,koment balik dipostingan ane ya
@binkben: iya mas, iya, dapat pertamax haha. sip ntar dikomenbalik
BalasHapusHmmm hmmm... saya jadi inget film "50 first dates" kalo begini... :D Yah, meskipun ceritanya jauh beda, tapi saya entah kenapa jadi inget itu film. ^^
BalasHapus@asop: mungkin karena tokoh utamanya juga 'lupa' gitu mas?
BalasHapus